Surabaya (ANTARA News) - Dampak abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Bromo selama dua hari terakhir ini (23 -24 Desember 2010) tidak hanya dirasakan oleh warga sekitar gunung seperti di Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Malang, tapi juga dirasakan hingga Sidoarjo, Surabaya, hingga Sumenep Madura.
Sejumlah warga terpaksa harus disibukkan dengan berulang kali membersihkan mobil maupun rumahnya yang terkena hujan abu vulkanik Gunung Bromo.
Meski hujan abu vulkanik tersebut tidak sampai mengganggu aktivitas warga di Sidoarjo, tetapi abu itu membuat warga mengeluarkan tenaga dan dana ekstra untuk membersihkan rumah, kendaraan dan kantor mereka.
"Sudah dua hari ini saya harus mencuci mobil setiap hari," kata salah seorang warga Deltasari, Waru, Sidoarjo, Zakiyah, Kamis.
Hal sama juga dialami warga lainnya di Kecamatan Kota, Kalianget, dan Kepulauan Giligenting, Sumenep, Madura. Salah seorang warga Kecamatan Kota, Hendra mengaku sepeda motor saya yang di parkir di luar kantor Desa Kolor dipenuhi debu yang berwarna kehitaman.
"Sepeda saya penuh dengan debu. Ini sudah terjadi sejak dua hari ini," katanya.
Begitu juga yang dirasakan warga Desa Kalianget Barat, Kalianget, Amar. Ia mengaku setiap setengah jam bersama istrinya bergiliran menyapu teras dan bagian dalam rumah yang dipenuhi debu berwarna kehitaman.
"Saya khawatir hujan debu tersebut membahayakan kesehatan anak-anaknya, makanya kami melarang anak-anak main di luar rumah, karena khawatir debu tersebut membahayakan kesehatan," katanya.
Meski hujan abu sudah merambah ke daerah lain, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga kini belum menaikkan status gunung Bromo dari Siaga ke Awas.
Rusak Infrastruktur
Guyuran hujan abu vulkanik dari Gunung Bromo juga telah merusak infrastruktur kawasan wisata Puncak Penanjakan, Tosari, Pasuruan, Jawa Timur. Jaringan listrik rusak sehingga kawasan Puncak Penanjakan mati total, kemudian jalan menuju ke Puncak Penanjakan juga tertutup abu dan ranting pohon yang tumbang akibat tertimpa hujan abu vulkanik Gunung Bromo.
Hingga Jumat (24/12) sore, belum ada langkah-langkah pembersihan, sehingga jalan terasa licin akibat tertutup debu, apalagi jika turun hujan akan dipastikan tidak bisa dilewati karena jalan menjadi berlumpur dan licin.
Puncak Penanjakan seperti tempat tak ada kehidupan. Semuanya terlihat kusam tertutup debu vulkanik Gunung Bromo. Ranting-ranting dan pohon yang tumbang masih dibiarkan menghalangi jalanan. Sementara Gunung Bromo masih terus menyemburkan abu vulkanik berwarna hitam pekat.
Di Puncak Penanjakan hanya terlihat sejumlah pemilik warung yang berusaha memperbaiki warung dan membersihkan abu yang tertumpuk di atas atap.
Meski di Puncak penanjakan rusak parah akibat hujan abu vulkanik, tapi di kawasan Dingklik hingga ke Tosari relatif aman. Tidak ada hujan abu yang turun di desa-desa di kawasan Tosari.
Hujan abu vulkanik Gunung Bromo hanya turun menimpa mulai kawasan Puncak Penanjakan di Tosari, Puspo, Lumbang, Grati, hingga Nguling di wilayah Pasuruan, serta paling-paling menimpa Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura Probolinggo.
Selain itu, imbas dari aktivitas Gunung Bromo tersebut membuat jarak pandangan sangat terbatas khususnya di sekitar jalan raya Probolinggo-Pasuruan. Akibatnya sebagian kendaraan menyalakan lampu saat melintas meski pada siang hari.
Situasi ini dimanfaatkan beberapa warga dengan menjajakan masker bagi pengguna jalan. Itu terlihat di kawasan Kecamatan Tongas, Probolinggo.
Ganggu Penerbangan
PVMBG menyatakan pihaknya sudah mengirim surat ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait abu vulkanik Gunung Bromo yang dimungkinkan bisa mengganggu penerbangan.
"Kami sudah mengirim surat ke Kemenhub terkait dengan perkembangan Gunung Bromo saat ini," kata Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi dari PVMBG, Gede Suantika.
Menurut dia, surat berupa rekomendasi yang dikirim ke Kemenhub tersebut berupa laporan otoritas penerbangan terkait meningkatnya aktivitas Gunung Bromo selama sepekan ini.
Namun demikian, lanjut dia, pihakanya tidak membicarakan soal evakuasi penduduk mengingat abu yang dikeluarkan oleh Gunung Bromo itu tidak sebanyak yang dikeluarkan Gunung Merapi.
Bahkan, lanjut dia, kondisi letusannya membesar tapi berdasarkan pertimbangan guguran abunya masih di ambang aman dan belum membahayakan warga sekitar serta material vulkanik berupa kerikil panas hanya jatuh di sekitar kawah.
"Saat ini merupakan letusan sekunder yang terjadi dan masuk dalam fase erupsi serta pertimbangannya material yang dikeluarkan hanya abu dan tidak terlalu serius atau banyak yang dikeluarkan Merapi," ujarnya.
Evakuasi, menurut Gede baru akan dilakukan jika terjadi letusan primer atau letusan yang disertai material bebatuan besar yang melampaui batas aman dan mengenai pemukiman penduduk.
"Kalau sudah terjadi itu baru akan kita naikkan statusnya dan mengevakuasi masyarakat dengan berkoordinasi dengan kepolisian," ujarnya.
Tak Menentu
Aktivitas Gunung Bromo selama sebulan terakhir ini diketahui tidak menentu. Hal itu dikarenakan PVMBG sempat menaikkan status Bromo dari siaga menjadi awas pada akhir November 2010.
Meski status Gunung Bromo diturunkan, namun kepulan asap hitam masih terus terjadi. Bahkan sepekan terakhir ini, hujan abu vulkanik terjadi lagi di Lumajang dan disusul dengan daerah-daerah lainnya di Jatim.
Saat itu, Kepala Bidang Mitigasi Bencana Geologi PVMBG Gede Suantika, mengatakan, secara umum intensitas letusan Gunung Bromo yang mulai terjadi sejak 27 November mulai menurun sampai pada 29 November sekitar pukul 20.00 WIB.
"Sisanya tinggal kepulan asap yang ringan yang didominasi oleh uap air dan debu," katanya.
Menurut dia, abu vulkanik yang kemudian disusul hujan abu terjadi pada Senin (29/11) malam dibawa oleh arah angin ke timur laut atau tepatnya dari punjak Cemaralawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Sedangkan hujan abu mulai Selasa (30/11) pagi berganti arah ke utara atau menuju bukit penanjakan satu atau ke Kabupaten Pasuruan.
Gede menjelaskan bahwa gempa tremor yang berlangsung Senin (29/11) ampilutodonya sampai 15 mm, namun sejak Selasa (30/11) dini hari menurun hingga 4-5 mm.
Begitu juga dengan gempa vulkanik pada 29 November jumlahnya 28 kali, namun pada 30 November terekamnnya hanya sebanyak 6 kali. "Namun untuk amplitudo maksimum gempa vulkahnik 36 mm, tetap besar seperti kemarin," katanya.
Secara keseluruhan, lanjut Gede, intensitas letusan Gunung Bromo sudah menurun. "Dihitung dari amplitudo gempa tremor dari 12 menjadi 5. Sedangkan ketinggian kepulan asapnya dari 800 meter menjadi 300 meter," ujarnya.
Namun demikian, kata Gede, dimungkinkan tetap naik lagi sehingga statusnya tetap awas dan terus menjaga kesiapsiagaan.
Ia mengungkapkan hingga saat ini pihaknya belum melihat potensi letusan Gunung Bromo yang sedahsyat Gunung Merapi. "Dari gejala-gejala yang terjadi, mudah-mudahan kondisi Gunung Bromo konstan seperti ini saja. Kami berharap energi yang dikeluarkan semakin berkurang dan gunung ini kembali stabil," katanya.
Sejak mengalami letusan pada tahun 1981, 1994, 1996, 2000, dan 2004, letusan Gunung Bromo cenderung hanya sampai di wilayah kaldera atau sekitar lautan pasir.
"Saat ini kondisi sekitar Bromo memang masih aman, namun warga tetap diminta waspada," ujarnya.
(A052/T010/S026)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar