VIVAnews - Hingga empat hari berstatus Awas, level tertinggi gunung api, Gunung Lokon di Tomohon, Sulawesi Utara masih bergejolak. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono mengatakan, Rabu kemarin, Lokon dua kali meletus.
"Pada pukul 15.40 Wita dan 17.50 Wita dengan ketinggian 300 meter. Sudah keluar asap abu-abu," kata Surono saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu 13 Juli 2011 malam.
Jika letusannya masih berkisar 300-500 meter, jelas Surono, berarti warga masyarakat masih aman. Meski, mereka harus berada di pengungsian. Untuk ini, ia mengaku harus bersikap tegas. "Lebih baik saya salah dalam interpretasi dan warga selamat. Dari pada saya salah interpretasi dan membiarkan warga berativitas dekat gunung malah celaka," kata Surono.
Yang dikhawatirkan, Lokon bakal memuntahkan letusan besar. Gunung setinggi 1.579 meter di atas permukaan laut itu bisa menjadi sangat berbahaya. "Pernah terjadi awan panas pada tahun 1991. Kalau sudah terjadi awan panas ya kita sudah tidak bisa apa-apa lagi karena pasti sampai dengan radius 3,5 kilometer," jelas Surono.
Untuk diketahui, karakter Lokon mirip dengan Gunung Merapi yang meletus hebat akhir 2010 lalu. Keduanya sama-sama menyemburkan awan panas yang mematikan, atau di Merapi juga dikenal dengan wedhus gembel.
Pada 27 November 1969 gunung ini meletus dan memuntahkan awan panas serta gugusan abu. Sementara, pada 1991 material yang dikeluarkan Lokon menimbun ribuan rumah penduduk. Korban nyawa pun jatuh. Seorang pendaki gunung asal Swiss, Vivian Clavel, menjadi korban keganasan Lokon. Ia tewas dan jasadnya tak ditemukan hingga kini, karena tertimbun debu
Skrenario Penyelamatan
Sementara menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi Lokon terus bertambah. Hingga pukul 20.00 Rabu malam, ada 2.116 pengungsi yang tersebar di empat titik.
BNPB dan pemerintah telah menyusun rencana untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Yakni, menyiapkan lokasi-lokasi pengungsi, jalur evakuasi, posko tanggap darurat dan media center.
Ada dua skrenario. Pertama, jika kawasan rawan bencana (KRB) I berada pada radius 5 km yang berpotensi terlanda lahar, hujan abu lebat dan lontaran batu pijar meliputi 10 kelurahan di Kecamatan Tomohon Utara dengan jumlah penduduk sekitar 28.016 orang (8.183 KK).
Kedua, daerah yang dianggap rawan dari dampak jika KRB radius 3,5 km yang yang berpotensi terlanda lahar, hujan abu lebat dan lontaran batu pijar meliputi 4 kelurahan di Kecamatan Tomohon Utara dengan penduduk 12.006 orang (3.439 KK). Skenario ini disusun untuk menghitung kebutuhan peralatan, logistic, dapur umum dan penyelamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar