Positive Thinking

Positive Thinking Akan Sangat Membantu Pola Pikir Kita Dalam Berkomunikasi Antara Kita Serta berkreasi Maupun Dalam Menunjang Aktivitas Kita

Senin, 11 Juli 2011

Pameran Foto Ramaikan Festival Lima Gunung Sabtu, 9 Juli 2011 18:54 WIB | 838 Views

Magelang (ANTARA News) - Pameran foto dari sejumlah fotografer, baik wartawan maupun masyarakat umum ikut meramaikan Festival Lima Gunung ke-10 tahun 2011 yang diselenggarakan di Dusun Ngeron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Koordinator pameran foto, Anis Afizudin di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu mengatakan, pameran foto yang diselenggarakan dua hari (9-10/7) tersebut memajang 60 karya foto dari 15 fotografer.

Ia mengatakan, pameran foto biasanya diselenggarakan di sebuah gedung atau mal, namun kali ini diselenggarakan di desa untuk memberikan hiburan kepada masyarakat.

"Kami memilih tempat pameran dengan suasana baru, di desa di lereng gunung sekalian untuk hiburan bagi warga sekitar," katanya.

Ia mengatakan, selama ini warga desa hanya sebagai objek pemotretan tetapi tidak pernah mengetahui hasil fotonya.

Penyelenggaraan pameran ini, warga desa bisa melihat langsung aktivitas di lingkungan sekitar dalam dokumen foto.

Pada pameran foto tersebut disajikan foto dalam berbagai peristiwa di daerah Magelang, dari kegiatan seni hingga bencana Merapi.

Bersamaan pembukaan pameran foto tersebut juga diluncurkan buku karya Sholahuddin Al Ahmed berjudul "Jalan Sufi Seniman Merapi".

Presiden Lima Gunung Sutanto Mendut mengatakan, mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa pameran foto dan peluncuran buku diselenggarakan di desa, apakah warga bisa memahaminya.

Menurut dia, pameran foto dan peluncuran buku di kota bisa dipahami warga tetapi tidak bisa berpengaruh apa-apa dan penyelenggaraan di desa tidak bisa dipahami warga tetapi akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan warga desa.

Pimpinan Pondok Pesantren Tegalrejo, Yusuf Chudlori mengatakan, kesenian merupakan kearifan lokal dalam suatu masyarakat yang sejak dahulu telah ada.

Ia mengatakan, para "Walisongo" (wali sembilan) dalam menyebarkan agama Islam selalu menghormati budaya yang ada di daerah setempat.

Dikemukakannya bahwa Sunan Kudus melarang umatnya menyembelih sapi untuk menghormati agama Hindu yang menyucikan binatang tersebut.

"Untuk mengganti sapi, Sunan Kudus meminta umatnya menyembelih kerbau yang dagingnya tidak kalah dengan daging sapi dan masyarakat Kudus hingga sekarang masih menjalankan hal tersebut," katanya.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar