70 Rumah Terendam Lahar Merapi
Magelang (ANTARA News) - Sebanyak 70 rumah di Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, terendam material lahar dingin Gunung Merapi menyusul terjadi banjir lahar dingin di Sungai Putih pada Senin (3/1) malam.
Kepala Kesbangpolinmas dan Penanggulang Bencana Kabupaten Magelang, Eko Triyono, di Magelang, Selasa, mengatakan akibat luapan banjir lahar dingin mengakibatkan sebanyak 70 rumah di Dusun Gempol tertimbun material setinggi satu hingga dua meter.
Selain 70 rumah tersebut, terdapat sejumlah rumah di pinggir aliran Sungai Putih mengalami hal yang sama, yakni di Dusun Sirahan delapan rumah dan Dusun Salakan delapan rumah.
Hingga Selasa siang sejumlah warga Dusun Gempol berupaya memindahkan barang-barang rumah tangga yang masih bisa diselamatkan ke tempat yang lebih aman.
Eko mengatakan, kondisi rumah yang tertimbun tersebut sekarang tidak bisa digunakan.
"Secara lisan kami telah melaporkan kondisi tersebut ke Provinsi Jateng dan mengusulkan agar hunian sementara untuk korban erupsi Merapi di Kecamatan Dukun yang kurang diminati masyarakat bisa dialihkan untuk korban lahar dingin yang memang membutuhkan," katanya.
Sebanyak 111 hunian sementara yang rencananya dibangun di Kecamatan Dukun, hingga saat ini baru dibangun delapan buah karena warga korban erupsi Gunung Merapi kurang berminat untuk menempatinya.
Ia mengatakan, kalau usulan pengalihan pembangunan hunian sementara tersebut disetujui, Pemerintah Desa Jumoyo siap menyediakan tanah bengkok yang aman dari bahaya lahar dingin untuk pembangunan hunian sementara tersebut.
Ketua Komisi VIII DPR, Abdul Kadir Karding saat meninjau lokasi bencana lahar dingin di Jumoyo, mengatakan bisa saja pembangunan hunian sementara untuk korban erupsi Merapi dialihkan untuk korban lahar dingin.
"Kalau memang hunian sementara korban erupsi Merapi tidak terpakai, saya kira tidak ada masalah digunakan untuk korban lahar dingin ini. Hal itu bisa dimungkinkan. Saya akan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Kementerian Pekerjaan Umum," katanya.
Ia mengatakan, dari pada hunian sementara di Dukun tidak terpakai lebih baik digunakan untuk korban lahar dingin, selama memungkinkan dari sisi teknis anggaran.
"Apa pun namanya, korban bencana lahar dingin Merapi ini harus ditangani secara cepat oleh siapa pun, baik oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana maupun Kementerian Pekerjaan Umum," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar