Positive Thinking

Positive Thinking Akan Sangat Membantu Pola Pikir Kita Dalam Berkomunikasi Antara Kita Serta berkreasi Maupun Dalam Menunjang Aktivitas Kita

Rabu, 12 Januari 2011

Gunung Selamet

Jalur Pendakian Gunung Slamet Ditutup
Gunung Slamet dilihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Pulosari, Pemalang, Jateng. (ANTARA/Idhad Zakaria)
Tegal (ANTARA News) - Jalur pendakian Gunung Slamet di perbatasan wilayah Kabupaten Tegal dan Purwokerto, mulai Januari hingga Maret 2011 ditutup dengan pertimbangan cuaca yang tidak menentu dan menjaga kelestarian alam.

Anggota Gabungan Pecinta Alam Gunung Slamet (Galas) Kabupaten Tegal Untung Budi Pramono, di Tegal, Rabu, mengatakan, pendakian di Gunung Slamet kemungkinan dibuka lagi mulai April 2011, setelah kondisi cuaca normal.

"Saat ini jalur pendakian ke Gunung Slamet masih berkabut tebal, dan sering terjadi badai, sehingga bisa membahayakan para pendaki," katanya.

Ia mengatakan, dalam kondisi cuaca normal, jalur pendakian ke Gunung Slamet cukup diminati para pecinta alam untuk melakukan aktivitas pendakian ke gunung yang mempunyai ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut itu (dpl) itu.

Namun, kata dia, untuk mengantisipasi terjadinya bahaya dan keselamatan para pecinta alam yang ingin melakukan pendakian, Gabungan Pecinta Alam Gunung Slamet sebagai pengelola jalur pendakian Gunung Slamet melarang para pendaki melakukan aktivitas pendakian mulai Janruari hingga Maret mendatang.

Ia mengatakan para pecinta alam dipersilakan melakukan aktivitas pendakian ke Gunung Slamet mulai Mei-Juni 2011 bersamaan dengan acara kegiatan pendakian massal nasional yang telah diagendakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal bekerjasama dengan Galas.

"Acara kegiatan pendakian massal nasional ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkab Tegal bekerjasama dengan Gabungan Pecinta Alam Gunung Slamet (Galas)," katanya.

Menurut dia dari pengalaman kegiatan pendakian massal nasional tersebut diikuti oleh sejumlah mahasiswa pecinta alam dan komponen masyarakat pecinta alam, seperti dari Solo, Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Jakarta.

"Kami meminta para kelompok pecinta alam yang ingin melakukan kegiatan itu agar memberikan identitas yang sebenarnya sebab belum lama ini ada kejadian sekelompok pendaki yang semula memberikan keterangan dari mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ternyata mereka membantah bukan dari universitas tersebut," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar