Semarang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah meminta masyarakat dan pemerintah daerah yang ada di wilayah Jateng bagian selatan terus mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa bumi.
"Harus terus waspada karena Jateng bagian selatan merupakan jalur gempa," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Evi Luthfiati, di Semarang, Rabu. Kawasan pesisir Cilacap, Jawa Tengah, pernah mengalami kerusakan cukup parah karena gempa bumi pada 2006.
Luthfiati mengatakan sikap waspada harus terus dijaga karena gempa tidak dapat diprediksi waktunya dan kekuatannya.
"Gempa tidak dapat diprediksi, berbeda dengan hujan. Gempa datangnya sekonyong-konyong, sehingga masyarakat harus terus waspada," katanya.
Ia menjelaskan di daerah bagian selatan Jawa Tengah --terutama dasar laut Hindia-- merupakan tempat pertemuan lempeng Asia dan lempeng Australia.
Masyarakat Jawa Tengah yang berada di bagian selatan di antaranya warga yang berada di daerah Cilacap, Yogyakarta, Kebumen, dan Purworejo bagian selatan.
Untuk gempa bumi yang terjadi di Aceh dengan kekuatan 8,9 skala Richter dengan kedalaman 10 kilometer, menurut dia, sangat berpotensi terjadinya tsunami.
"Syarat-syarat gempa yang dapat mengakibatkan tsunami di antaranya kekuatan gempa lebih dari 6,5 skala richter dan dengan kedalaman dangkal," katanya.
Begitu sudah memenuhi syarat tersebut, maka BMKG langsung memberikan peringatan dini agar dilakukan evakuasi.
Peringatan dini BMKG dapat disampaikan ke masyarakat setelah tiga menit pasca-kejadian gempa dan biasanya waktu terjadinya tsunami adalah 15 menit setelah gempa.
"Jika tiga menit pasca-gempa sudah ada peringatan dari BMKG, masyarakat masih dapat menyelamatkan dirinya," katanya.
Untuk di Kabupaten Cilacap, katanya, pemerintah daerah setempat sudah bagus dengan memberikan petunjuk arah jalur evakuasi, sehingga masyarakat dapat langsung menuju tempat yang aman. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar