Nurul Hidayati - detikNews
Jakarta - Dampak siklon Tropis IGGY di Samudera Hindia di sebelah Selatan Jawa masih membayang pekan ini. Selain itu, terdapat juga pumpunan angin memanjang dari pesisir barat Lampung hingga Laut Arafuru. Kondisi ini memicu hujan deras disertai angin kencang/petir di Indonesia.
Terkait hal itu, BMKG melansir peringatan dini tentang cuaca ekstrem yang berlaku 31 Januari hingga 2 Februari 2012. Disebutkannya, konsentrasi awan hujan terjadi di Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Tengah dan Selatan, Maluku, Papua Barat serta Papua bagian Tengah.
Kawasan yang berpengaruh cuaca ekstrem tersebut adalah:
Mediant Global Mandiri merupakan gabungan dari beberapa kumpulan anak muda kreatif yang tergabung dalam : 1. Dian Production dan Chicak Music Studio serta Liar's Colection dan Aristya Colection , Beralamat di : Jln. H. Enang No. 28 Cisalak, Cimanggis Depok. telp: 0218732662
Positive Thinking
Positive Thinking Akan Sangat Membantu Pola Pikir Kita Dalam Berkomunikasi Antara Kita Serta berkreasi Maupun Dalam Menunjang Aktivitas Kita
Selasa, 31 Januari 2012
Rabu, 11 Januari 2012
Aceh Gempa 7,1 SR, Belum Ada Laporan Korban
VIVAnews - Aceh kembali diguncang gempa. Kali ini dengan kekuatan 7,1 skala Richter. Gempa terjadi pada pukul 01.36 WIB, Rabu 11 Januari 2012.
Pusat gempa pada 2.32 LU - 92.82 BT atau 419 kilometer Barat Daya Meulaboh. Gempa ini berpusat pada kedalaman 10 km. Gempa ini juga disusul dengan gempa susulan hingga pagi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan tsunami. Namun, berselang beberapa saat kemudian peringatan itu dicabut.
Gempa dirasakan cukup keras oleh warga di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Selain gempa, warga pesisir Aceh juga merasakan adanya angin kencang.
Belum ada laporan adanya kerusakan dan korban jiwa akibat gempa ini. "Berdasarkan pantauan kami sampai jam 4 pagi di Kota Banda Aceh dan sekitarnya, akibat gempa tadi belum ditemukan ada korban jiwa dan infrastruktur," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.
Selain itu, SAR Aceh belum melaporkan adanya korban jiwa. "Posko Pusdalops BNPB masih terus memantau kondisi di lapangan terdampak," ujar Sutopo.
Kepanikan
Saat terjadinya gempa, terlihat kepanikan warga Aceh. Terutama, warga yang berada di bibir pantai. Mereka keluar menjauh dari rumah menuju tempat yang lebih aman.
Pantauan VIVAnews.com di Banda Aceh, sebagian warga di kawasan pesisir -seperti kawasan Ulee Lheu- memilih meninggalkan rumahnya untuk sementara. Warga mencari tempat yang lebih tinggi.
Di pusat kota Banda Aceh konsentrasi warga terlihat di Jembatan Pantai Pirak dan Jembatan Simpang Surabaya. Mereka memantau pergerakan arus sungai Krueng Aceh yang bisa memberi tanda jika terjadi tsunami.
Pergerakan warga tidak terlihat secara masif. Hanya sebagian kecil warga yang memilih pergi dari rumahnya. Situasi kembali tenang setelah peringatan tsunami dicabut oleh BMKG. (Laporan: Rija Nasser l Aceh, art)
Pusat gempa pada 2.32 LU - 92.82 BT atau 419 kilometer Barat Daya Meulaboh. Gempa ini berpusat pada kedalaman 10 km. Gempa ini juga disusul dengan gempa susulan hingga pagi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat mengeluarkan peringatan tsunami. Namun, berselang beberapa saat kemudian peringatan itu dicabut.
Gempa dirasakan cukup keras oleh warga di Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Selain gempa, warga pesisir Aceh juga merasakan adanya angin kencang.
Belum ada laporan adanya kerusakan dan korban jiwa akibat gempa ini. "Berdasarkan pantauan kami sampai jam 4 pagi di Kota Banda Aceh dan sekitarnya, akibat gempa tadi belum ditemukan ada korban jiwa dan infrastruktur," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.
Selain itu, SAR Aceh belum melaporkan adanya korban jiwa. "Posko Pusdalops BNPB masih terus memantau kondisi di lapangan terdampak," ujar Sutopo.
Kepanikan
Saat terjadinya gempa, terlihat kepanikan warga Aceh. Terutama, warga yang berada di bibir pantai. Mereka keluar menjauh dari rumah menuju tempat yang lebih aman.
Pantauan VIVAnews.com di Banda Aceh, sebagian warga di kawasan pesisir -seperti kawasan Ulee Lheu- memilih meninggalkan rumahnya untuk sementara. Warga mencari tempat yang lebih tinggi.
Di pusat kota Banda Aceh konsentrasi warga terlihat di Jembatan Pantai Pirak dan Jembatan Simpang Surabaya. Mereka memantau pergerakan arus sungai Krueng Aceh yang bisa memberi tanda jika terjadi tsunami.
Pergerakan warga tidak terlihat secara masif. Hanya sebagian kecil warga yang memilih pergi dari rumahnya. Situasi kembali tenang setelah peringatan tsunami dicabut oleh BMKG. (Laporan: Rija Nasser l Aceh, art)
Prospek cuaca tiga hari sampai dengan Kamis (12/1)
Jakarta (Antara News) - Prospek cuaca tiga harian (10/1) sampai (12/1), yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan tumbuhnya awan-awan hujan berpotensi menimbulkan hujan lebat di sebagian besar wilayah Indonesia.
Demikian pantauan Antara News terhadap laporan BMKG, di Jakarta, Rabu.
Wilayah yang berpotensi hujan lebat meliputi: Sumatera Utara bagian Utara dan Timur, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat bagian Barat dan Utara, Kalimantan Timur bagian Timur.
Sementara wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang meliputi : Bali, NTB bagian Barat dan Selatan, NTT, Sulawesi Tengah bagian Timur, Sulawesi Tenggara bagian Utara, Maluku Utara, Maluku bagian Tengah, Papua Barat bagian Utara, dan Papua bagian Utara dan Barat.
Kondisi cuaca tersebut juga mempengaruhi kondisi gelombang di perairan Indonesia. Daerah perairan yang berpotensi memiliki tinggi gelombang antara 2 sampai 3 meter adalah perairan Bengkulu, perairan Selatan Pulau Sumba, Laut Sawu, perairan Pulau Rote, perairan Pontianak, Selat Karimata bagian Selatan, Laut Jawa bagian Barat dan Tengah, perairan Selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian Selatan, Laut Flores, Laut Sulawesi, perairan Utara Gorontalo hingga Sulawesi Utara, Laut Maluku bagian Utara, Laut Halmahera, perairan Utara Papua Barat, perairan utara Papua.
Demikian pantauan Antara News terhadap laporan BMKG, di Jakarta, Rabu.
Wilayah yang berpotensi hujan lebat meliputi: Sumatera Utara bagian Utara dan Timur, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah bagian Selatan, Jawa Timur, Kalimantan Barat bagian Barat dan Utara, Kalimantan Timur bagian Timur.
Sementara wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang meliputi : Bali, NTB bagian Barat dan Selatan, NTT, Sulawesi Tengah bagian Timur, Sulawesi Tenggara bagian Utara, Maluku Utara, Maluku bagian Tengah, Papua Barat bagian Utara, dan Papua bagian Utara dan Barat.
Kondisi cuaca tersebut juga mempengaruhi kondisi gelombang di perairan Indonesia. Daerah perairan yang berpotensi memiliki tinggi gelombang antara 2 sampai 3 meter adalah perairan Bengkulu, perairan Selatan Pulau Sumba, Laut Sawu, perairan Pulau Rote, perairan Pontianak, Selat Karimata bagian Selatan, Laut Jawa bagian Barat dan Tengah, perairan Selatan Kalimantan, Selat Makassar bagian Selatan, Laut Flores, Laut Sulawesi, perairan Utara Gorontalo hingga Sulawesi Utara, Laut Maluku bagian Utara, Laut Halmahera, perairan Utara Papua Barat, perairan utara Papua.
BMKG: gempa 5,0 SR di Simeulue
Bandarlampung (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan telah terjadi gempa bumi berkekuatan 5,0 skala Richter (SR) dengan pusat 325 kilometer barat daya Kabupaten Simeulue, Aceh, pukul 04.00 WIB, Rabu.
Gempa yang berlokasi di 2,39 Lintang Utara dan 93,18 Bujur Timur dengan kedalaman 59 kilometer itu tidak berpotensi tsunami.
Pusat gempa juga berada pada 383 kilometer barat daya Kabupaten Acehjaya, 400 kilometer barat daya Kabupaten Aceh Barat, 420 kilometer barat daya Banda Aceh, dan 1.785 kilometer barat laut Jakarta.
Gempa yang berlokasi di 2,39 Lintang Utara dan 93,18 Bujur Timur dengan kedalaman 59 kilometer itu tidak berpotensi tsunami.
Pusat gempa juga berada pada 383 kilometer barat daya Kabupaten Acehjaya, 400 kilometer barat daya Kabupaten Aceh Barat, 420 kilometer barat daya Banda Aceh, dan 1.785 kilometer barat laut Jakarta.
Rabu, 04 Januari 2012
Pemerintah siap evakuasi warga sekitar Gunung Lewotolo
Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengevakuasi warga yang bermukim di sekitar Gunung Lewotolo jika aktivitas gunung itu terus meningkat dan akan meletus.
"Kita sudah mengambil langkah-langkah dengan membuka akses untuk memudahkan evakuasi warga dan menyiapkan lokasi untuk warga yang akan dievakuasi," kata Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Wutun, di Kupang, Rabu.
Ia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan sebelum kembali ke Lembata terkait, antisipasi pemerintah menyusul meningkatkannya aktivitas Gunung Lewotolo dan telah ditetapkan menjadi status siaga.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan, Gunung Ile Lewotolo di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, dinaikkan statusnya dari Waspada ke Siaga sejak Selasa (2/1/2012), pukul 23.30 WITA.
Pengungsian belum direkomendasikan, tetapi masyarakat tidak boleh mendekat radius dua kilometer dari puncak.
Mado Wutun mengatakan, warga yang bermukim di sekitar Lewotolok adalah Desa Lamariang, Lewohala, Pukabumi, dan Desa sudah disampaikan agar siaga untuk diungsikan, jika sewaktu-waktu terjadi erupsi.
"Pemerintah sudah siap. Kapan saja, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan untuk evakuasi warga, kita lakukan," katanya.
Gunung Lewotolo setinggi 1.455 yang terletak di Kecamatan Ile Ape Timur itu terakhir meletus pada tahun 1920.
"Kita sudah mengambil langkah-langkah dengan membuka akses untuk memudahkan evakuasi warga dan menyiapkan lokasi untuk warga yang akan dievakuasi," kata Wakil Bupati Lembata, Viktor Mado Wutun, di Kupang, Rabu.
Ia mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan sebelum kembali ke Lembata terkait, antisipasi pemerintah menyusul meningkatkannya aktivitas Gunung Lewotolo dan telah ditetapkan menjadi status siaga.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan, Gunung Ile Lewotolo di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, dinaikkan statusnya dari Waspada ke Siaga sejak Selasa (2/1/2012), pukul 23.30 WITA.
Pengungsian belum direkomendasikan, tetapi masyarakat tidak boleh mendekat radius dua kilometer dari puncak.
Mado Wutun mengatakan, warga yang bermukim di sekitar Lewotolok adalah Desa Lamariang, Lewohala, Pukabumi, dan Desa sudah disampaikan agar siaga untuk diungsikan, jika sewaktu-waktu terjadi erupsi.
"Pemerintah sudah siap. Kapan saja, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan untuk evakuasi warga, kita lakukan," katanya.
Gunung Lewotolo setinggi 1.455 yang terletak di Kecamatan Ile Ape Timur itu terakhir meletus pada tahun 1920.
Selasa, 03 Januari 2012
15 Menit Puting Beliung dan Banjir Serang Jember
INILAH.COM, Jawa Timur - Banjir dan angin puting beliung menghantam Jember, Senin (2/1/2012) sore. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Selama 15 menit puting beliung tersebut serang Jember.
Banjir terjadi di Dusun Kebunan, Desa Gumukmas, Kecamatan Gumukmas, sekitar pukul 14.00. Hujan yang deras membuat air di sungai dusun tersebut meluap sehingga menenggelamkan hingga 20 rumah.
"Sebanyak 20 rumah tergenang banjir," kata Komandan Markas Palang Merah Indonesia Jember, Sukaryo.
Sementara itu, di Dusun Krajan Lor, Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, ratusan rumah dihantam angin puting beliung. Sedikitnya enam rumah rusak berat, dan dua rumah roboh.
Angin puting beliung ini menyebabkan gudang material dan atap perpustakaan serta salah satu ruang di SD Negeri Rambigundam 1 rontok. Padahal, menurut Bambang Widyo Sunarko, salah satu tokoh masyarakat, angin puting beliung hanya berlangsung sekitar 15 menit.
"Kami sudah mengerahkan anggota untuk membantu warga membersihkan puing-puing dan bambu-bambu, terutama yang masuk ke aliran sungai Dinoyo. Kami khawatir, kalau tidak dibersihkan, bisa berbahaya karena menyumbat aliran sungai," kata Sukaryo.
Rencananya, bersih-bersih akan dilanjutkan Selasa besok. PMI Jember sudah mengirimkan sejumlah bantuan logistik kepada warga di dua lokasi yang terkena bencana tersebut. [beritajatim/mar]
Banjir terjadi di Dusun Kebunan, Desa Gumukmas, Kecamatan Gumukmas, sekitar pukul 14.00. Hujan yang deras membuat air di sungai dusun tersebut meluap sehingga menenggelamkan hingga 20 rumah.
"Sebanyak 20 rumah tergenang banjir," kata Komandan Markas Palang Merah Indonesia Jember, Sukaryo.
Sementara itu, di Dusun Krajan Lor, Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, ratusan rumah dihantam angin puting beliung. Sedikitnya enam rumah rusak berat, dan dua rumah roboh.
Angin puting beliung ini menyebabkan gudang material dan atap perpustakaan serta salah satu ruang di SD Negeri Rambigundam 1 rontok. Padahal, menurut Bambang Widyo Sunarko, salah satu tokoh masyarakat, angin puting beliung hanya berlangsung sekitar 15 menit.
"Kami sudah mengerahkan anggota untuk membantu warga membersihkan puing-puing dan bambu-bambu, terutama yang masuk ke aliran sungai Dinoyo. Kami khawatir, kalau tidak dibersihkan, bisa berbahaya karena menyumbat aliran sungai," kata Sukaryo.
Rencananya, bersih-bersih akan dilanjutkan Selasa besok. PMI Jember sudah mengirimkan sejumlah bantuan logistik kepada warga di dua lokasi yang terkena bencana tersebut. [beritajatim/mar]
Pemkab Nganjuk minta warga waspadai banjir susulan
Nganjuk (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, meminta warga mewaspadai banjir susulan yang kemungkinan terjadi di Kecamatan Berbek.
"Hari ini cuaca agak mendung di sekitar lereng Gunung Wilis. Kami imbau, masyarakat mewaspadai banjir susulan yang bisa saja terjadi saat hujan turun," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Nganjuk Abdul Wahid di Nganjuk, Senin.
Banjir bandang melanda tiga kecamatan di Nganjuk, yaitu Kecamatan Berbek, Sukomoro, dan Pace, pada Minggu (1/1) malam. Terdapat tiga titik lokasi kerusakan akibat banjir tersebut di antaranya di Desa Cepoko yang masuk Kecamatan Berbek, Desa Sumengko yang masuk Kecamatan Sukomoro, serta di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace.
Di Dusun Tahunan, Desa Cepoko, banjir melanda perumahan warga. Sekitar 20 rumah warga terendam air dengan ketinggian hampir 1 meter. Air datang dengan sangat cepat bercampur lumpur dan langsung menggenangi rumah warga.
Di daerah itu, terdapat lima rumah warga yang rusak, yaitu milik Slamet, Musiran, Mukarom, Bahrun, serta Ghozali. Tingkat kerusakan rumah warga beragam, mulai berat seperti rumah rumah milik Musiran karena rumahnya ambruk disampu banjir. Sementara, rumah lainnya roboh di beberapa bagian seperti hanya tembok, maupun dapur.
Sementara itu, di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro, banjir menggenangi areal persawahan. Lebih dari 15 hektare lahan pertanian yang baru ditanami padi milik petani tergenang air. Diperkirakan, para petani akan mengalami gagal panen, karena umur padi masih baru satu pekan.
Di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace, banjir juga menggenangi perumahan warga. Terdapat lebih dari 50 rumah warga yang terendam banjir yang tingginya sekitar 1 meter. Namun, saat ini banjir juga sudah mulai surut, dan hanya tinggal matai kaki orang dewasa. Banjir di daerah ini disebabkan karena tangkis yang jebol.
Abdul menyebut, pemerintah sudah berupaya menangani banjir yang melanda karena hujan turun sangat deras di lereng Gunung Wilis tersebut. Bupati Nganjuk, Taufikurrahman bahkan sudah melakukan peninjauan ke lokasi banjir, dan memberikan bantuan.
"Bupati datang langsung memberikan bantuan bahan pokok dan sejumlah uang untuk membantu mereka. Setidaknya, itu bisa meringankan beban warga, terutama yang rumahnya rusak," katanya.
Ia menyebut, Bupati menyerahkan sebanyak 60 bungkus bahan pokok kepada warga korban banjir. Selain itu, Bupati juga menyerahkan uang dengan nilai Rp500 ribu kepada warga yang rumahnya rusak akibat terjangan banjir.
Untuk areal pertanian warga, Abdul mengaku sampai saat ini masih berupaya untuk melakukan perbaikan jalur sungai. Di daerah itu, terdapat saluran yang tertutup oleh sampah, hingga air tidak bisa lancar.
"Di sekitar areal persawahan ada sebuah jembatan, harusnya ada enam lubang yan berfungsi. Siang tadi, masih dua. Saat ini, kami upayakan semua lubang saluran air bisa berfungsi, jadi air bisa mengalir," ucapnya.
Sedangkan, untuk tangkis di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pare, juga disebabkan karena tangkis tidak kuat menahan derasnya air. Tangkis itu jebol sepanjang 10 meter.
"Saat ini, kami berupaya menutup tangkis dengan bronjong yang kami isi dengan batu. Kami memang belum bisa membangun secara permanen, dan baru kami bangun darurat saja," ucap Abdul.
Sementara itu, sejumla warga mengaku masih trauma pascabanjir yang datang hingga merusakkan rumah mereka. Salah satunya adalah Khoiriyah, istri dari Musiran.
"Saat itu kami sangat panik dan berteriak sambil menangis sejadi-jadinya melihat dapur dan rumah terendam air banjir," katanya sambil mengenang peristiwa tersebut.
Ia juga mengaku kaget saat tidak melihat suaminya yang saat itu ada di dalam dapur. Namun, ia mengaku lega setelah melihat suaminya ternyata sudah menjauh dari dalam dapur.
Ia juga mengaku bingung. Banjir selain menghancurkan rumahnya, simpanan bahan pokok, termasuk beras yang jumlahnya 1 kuintal juga tidak dapat diselamatkan.
Slamet, korban banjir lainnya yang juga tetangga Musiran mengaku langsung mengevakuasi ternak sapinya. Sedikit saja terlambat, ia sudah kehilangan sapinya, karena kandang ternaknya tenyata runtuh.
"Alhamdulillah, anggota keluarga kami semuanya selamat tidak ada yang terluka akibat musibah banjir ini. Kejadian ini memang rutin, tapi tahun ini banjir cukup besar," katanya menegaskan.
"Hari ini cuaca agak mendung di sekitar lereng Gunung Wilis. Kami imbau, masyarakat mewaspadai banjir susulan yang bisa saja terjadi saat hujan turun," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Nganjuk Abdul Wahid di Nganjuk, Senin.
Banjir bandang melanda tiga kecamatan di Nganjuk, yaitu Kecamatan Berbek, Sukomoro, dan Pace, pada Minggu (1/1) malam. Terdapat tiga titik lokasi kerusakan akibat banjir tersebut di antaranya di Desa Cepoko yang masuk Kecamatan Berbek, Desa Sumengko yang masuk Kecamatan Sukomoro, serta di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace.
Di Dusun Tahunan, Desa Cepoko, banjir melanda perumahan warga. Sekitar 20 rumah warga terendam air dengan ketinggian hampir 1 meter. Air datang dengan sangat cepat bercampur lumpur dan langsung menggenangi rumah warga.
Di daerah itu, terdapat lima rumah warga yang rusak, yaitu milik Slamet, Musiran, Mukarom, Bahrun, serta Ghozali. Tingkat kerusakan rumah warga beragam, mulai berat seperti rumah rumah milik Musiran karena rumahnya ambruk disampu banjir. Sementara, rumah lainnya roboh di beberapa bagian seperti hanya tembok, maupun dapur.
Sementara itu, di Desa Sumengko, Kecamatan Sukomoro, banjir menggenangi areal persawahan. Lebih dari 15 hektare lahan pertanian yang baru ditanami padi milik petani tergenang air. Diperkirakan, para petani akan mengalami gagal panen, karena umur padi masih baru satu pekan.
Di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pace, banjir juga menggenangi perumahan warga. Terdapat lebih dari 50 rumah warga yang terendam banjir yang tingginya sekitar 1 meter. Namun, saat ini banjir juga sudah mulai surut, dan hanya tinggal matai kaki orang dewasa. Banjir di daerah ini disebabkan karena tangkis yang jebol.
Abdul menyebut, pemerintah sudah berupaya menangani banjir yang melanda karena hujan turun sangat deras di lereng Gunung Wilis tersebut. Bupati Nganjuk, Taufikurrahman bahkan sudah melakukan peninjauan ke lokasi banjir, dan memberikan bantuan.
"Bupati datang langsung memberikan bantuan bahan pokok dan sejumlah uang untuk membantu mereka. Setidaknya, itu bisa meringankan beban warga, terutama yang rumahnya rusak," katanya.
Ia menyebut, Bupati menyerahkan sebanyak 60 bungkus bahan pokok kepada warga korban banjir. Selain itu, Bupati juga menyerahkan uang dengan nilai Rp500 ribu kepada warga yang rumahnya rusak akibat terjangan banjir.
Untuk areal pertanian warga, Abdul mengaku sampai saat ini masih berupaya untuk melakukan perbaikan jalur sungai. Di daerah itu, terdapat saluran yang tertutup oleh sampah, hingga air tidak bisa lancar.
"Di sekitar areal persawahan ada sebuah jembatan, harusnya ada enam lubang yan berfungsi. Siang tadi, masih dua. Saat ini, kami upayakan semua lubang saluran air bisa berfungsi, jadi air bisa mengalir," ucapnya.
Sedangkan, untuk tangkis di Dusun/Desa Gemenggeng, Kecamatan Pare, juga disebabkan karena tangkis tidak kuat menahan derasnya air. Tangkis itu jebol sepanjang 10 meter.
"Saat ini, kami berupaya menutup tangkis dengan bronjong yang kami isi dengan batu. Kami memang belum bisa membangun secara permanen, dan baru kami bangun darurat saja," ucap Abdul.
Sementara itu, sejumla warga mengaku masih trauma pascabanjir yang datang hingga merusakkan rumah mereka. Salah satunya adalah Khoiriyah, istri dari Musiran.
"Saat itu kami sangat panik dan berteriak sambil menangis sejadi-jadinya melihat dapur dan rumah terendam air banjir," katanya sambil mengenang peristiwa tersebut.
Ia juga mengaku kaget saat tidak melihat suaminya yang saat itu ada di dalam dapur. Namun, ia mengaku lega setelah melihat suaminya ternyata sudah menjauh dari dalam dapur.
Ia juga mengaku bingung. Banjir selain menghancurkan rumahnya, simpanan bahan pokok, termasuk beras yang jumlahnya 1 kuintal juga tidak dapat diselamatkan.
Slamet, korban banjir lainnya yang juga tetangga Musiran mengaku langsung mengevakuasi ternak sapinya. Sedikit saja terlambat, ia sudah kehilangan sapinya, karena kandang ternaknya tenyata runtuh.
"Alhamdulillah, anggota keluarga kami semuanya selamat tidak ada yang terluka akibat musibah banjir ini. Kejadian ini memang rutin, tapi tahun ini banjir cukup besar," katanya menegaskan.
Ratusan warga Sukoharjo mengungsi karena banjir
Sukoharjo (ANTARA News) - Ratusan warga di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mengungsi akibat banjir, dan diantara mengungsi di kantor kecamatan.
Banjir telah melanda sejumlah desa di Kecamatan Grogol sejak Minggu malam (1/1). Banjir disebabkan meluapnya Sungai Bengawan Solo setelah hujan deras sehari sebelumnya.
Camat Grogol Agustinus Sulistyono mengatakan, para pengungsi di kantor kecamatan itu merupakan sebagian kecil dari warga yang juga mengungsi akibat banjir.
"Di Kecamatan Grogol terdapat sejumlah titik pengungsian, seperti di Desa Madegondo, Kadokan, Parangjoro, serta sebagian di Telukan," katanya.
Menurut dia, jumlah warga yang mengungsi akibat banjir di kecamatan ini sempat mencapai dua ribu orang. Para warga ini mulai diungsikan sejak Senin dini hari, setelah air mulai naik.
Ia menjamin kebutuhan logistik untuk para pengungsi yang tersebar di sejumlah titik tersebut. "Mi instan, beras, serta kebutuhan pangan lainnya sudah didistribusikan," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, berdasarkan pantauan di sejumlah titik di Kecamatan Grogol, banjir yang menggenang sudah mulai surut.
Namun, kata dia, terdapat kawasan yang dilalui anak sungai Bengawan Solo yang surutnya air cukup lama. Selain Grogol, kecamatan lain yang wilayahnya terendam banjir diantaranya Kecamatan Mojolaban dan Polokarto.
Banjir telah melanda sejumlah desa di Kecamatan Grogol sejak Minggu malam (1/1). Banjir disebabkan meluapnya Sungai Bengawan Solo setelah hujan deras sehari sebelumnya.
Camat Grogol Agustinus Sulistyono mengatakan, para pengungsi di kantor kecamatan itu merupakan sebagian kecil dari warga yang juga mengungsi akibat banjir.
"Di Kecamatan Grogol terdapat sejumlah titik pengungsian, seperti di Desa Madegondo, Kadokan, Parangjoro, serta sebagian di Telukan," katanya.
Menurut dia, jumlah warga yang mengungsi akibat banjir di kecamatan ini sempat mencapai dua ribu orang. Para warga ini mulai diungsikan sejak Senin dini hari, setelah air mulai naik.
Ia menjamin kebutuhan logistik untuk para pengungsi yang tersebar di sejumlah titik tersebut. "Mi instan, beras, serta kebutuhan pangan lainnya sudah didistribusikan," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, berdasarkan pantauan di sejumlah titik di Kecamatan Grogol, banjir yang menggenang sudah mulai surut.
Namun, kata dia, terdapat kawasan yang dilalui anak sungai Bengawan Solo yang surutnya air cukup lama. Selain Grogol, kecamatan lain yang wilayahnya terendam banjir diantaranya Kecamatan Mojolaban dan Polokarto.
Banjir Bengawan Solo ancam hilir Jawa Timur
Bojonegoro, Jawa Timur (ANTARA News) - Banjir luapan Bengawan Solo mulai mengancam daerah hilir Jawa Timur, mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan, hingga Gresik. Banjir dari sungai terpanjang di Jawa itu terjadi di hulu Jawa Tengah, dengan ketinggian maksimal 10,24 meter terjadi di Jurug Solo, pukul 04.00 WIB Senin.
"Banjir luapan Bengawan Solo di Siolo, Jateng, akibat hujan di daerah setempat bukan dari buangan air dari Waduk Gajah Mungkur, " kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Agus Bachtiar, Selasa.
Ia memperhitungkan, perjalanan air banjir yang terjadi di Solo, Jateng, akan merambah kawasan Bojonegoro dalam waktu 40 jam.
Berdasarkan perhitungan itu, air Bengawan Solo di Bojonegoro, mengalami peningkatan secara signifikan, Selasa (3/1) malam. Sejak pukul 04.00 WIB Senin itu, kemungkinan Bojonegoro akan meningkat ketinggian airnya pada pukul 00.00 WIB Rabu (4/1).
Menurut dia, antisipasi luapan banjir Bengawan Solo di daerah hilir, Jatim, pintu sudetan Sedayu Lawas di Lamongan, yang mampu mengalirkan air Bengawan Solo, sudah dibuka.
Dengan demikian, air Bengawan Solo, selain dialirkan melalui saluran utama, di Sembayat, Gresik, juga dibuang ke Laut Jawa, melalui sudetan sepanjang 13,4 kilometer itu.
"Dengan kondisi Bengawan Solo di hilir sekarang ini, airnya masih kosong, kemungkinan bertambahnya debit air banjir yang terjadi terkendali, sepanjang tidak terjadi hujan, " katanya, menjelaskan.
Ia mengambarkan, banjir besar pada akhir 2008 dan awal 2008, ketinggian air di Jurug, Solo, mencapai 11 meter lebih dan dalam waktu bersamaan ketinggian air di Ndungus, Ngawi, juga mencapai 11 meter lebih. Akibatnya, terjadi banjir di sepanjang daerah aliran sungai terpanjang di Jawa itu, baik di daerah hulu Jateng, juga hilir Jatim.
Sementara ini, dari laporan yang diterima ketinggian air di Jurug, Solo, berangsur-angsur turun, mencapai 7,18 meter (siaga II), Senin pukul 22.00 WIB. Dalam waktu bersamaan, ketinggian air di Ndungus, Ngawi, mencapai kisaran tujuh meter, juga sudah masuk siaga banjir.
Namun, juga dalam waktu yang bersamaan ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari hulu kota Bojonegoro, masih dibawah siaga banjir, dengan ketinggian 27,26 meter. Sedangkan ketinggian air pada papan duga di Bojonegoro, tertinggi 11, 11 meter pukul 22.00 WIB, masih dibawah siaga.
"Ketinggian air di Bojonegoro, Tuban, Lamongan hingga Gresik, sekarang ini masih dibawa siaga banjir, " ucapnya.
Meskipun demikian, jajaran instansi terkait yang menangani masalah banjir di daerah hilir, tetap diminta waspada, menghadapi ancaman banjir, setelah melihat kondisi banjir yang terjadi di Solo, Jateng. Alasannya, kalau dalam waktu bersamaan, di daerah hulur dan hilir terjadi hujan, bisa menimbulkan banjir besar.
"Yang jelas melihat perkembangan air banjir di daerah hulu Jateng, kita semua tetap harus waspada, " katanya, menegaskan. (ANT)
"Banjir luapan Bengawan Solo di Siolo, Jateng, akibat hujan di daerah setempat bukan dari buangan air dari Waduk Gajah Mungkur, " kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Agus Bachtiar, Selasa.
Ia memperhitungkan, perjalanan air banjir yang terjadi di Solo, Jateng, akan merambah kawasan Bojonegoro dalam waktu 40 jam.
Berdasarkan perhitungan itu, air Bengawan Solo di Bojonegoro, mengalami peningkatan secara signifikan, Selasa (3/1) malam. Sejak pukul 04.00 WIB Senin itu, kemungkinan Bojonegoro akan meningkat ketinggian airnya pada pukul 00.00 WIB Rabu (4/1).
Menurut dia, antisipasi luapan banjir Bengawan Solo di daerah hilir, Jatim, pintu sudetan Sedayu Lawas di Lamongan, yang mampu mengalirkan air Bengawan Solo, sudah dibuka.
Dengan demikian, air Bengawan Solo, selain dialirkan melalui saluran utama, di Sembayat, Gresik, juga dibuang ke Laut Jawa, melalui sudetan sepanjang 13,4 kilometer itu.
"Dengan kondisi Bengawan Solo di hilir sekarang ini, airnya masih kosong, kemungkinan bertambahnya debit air banjir yang terjadi terkendali, sepanjang tidak terjadi hujan, " katanya, menjelaskan.
Ia mengambarkan, banjir besar pada akhir 2008 dan awal 2008, ketinggian air di Jurug, Solo, mencapai 11 meter lebih dan dalam waktu bersamaan ketinggian air di Ndungus, Ngawi, juga mencapai 11 meter lebih. Akibatnya, terjadi banjir di sepanjang daerah aliran sungai terpanjang di Jawa itu, baik di daerah hulu Jateng, juga hilir Jatim.
Sementara ini, dari laporan yang diterima ketinggian air di Jurug, Solo, berangsur-angsur turun, mencapai 7,18 meter (siaga II), Senin pukul 22.00 WIB. Dalam waktu bersamaan, ketinggian air di Ndungus, Ngawi, mencapai kisaran tujuh meter, juga sudah masuk siaga banjir.
Namun, juga dalam waktu yang bersamaan ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari hulu kota Bojonegoro, masih dibawah siaga banjir, dengan ketinggian 27,26 meter. Sedangkan ketinggian air pada papan duga di Bojonegoro, tertinggi 11, 11 meter pukul 22.00 WIB, masih dibawah siaga.
"Ketinggian air di Bojonegoro, Tuban, Lamongan hingga Gresik, sekarang ini masih dibawa siaga banjir, " ucapnya.
Meskipun demikian, jajaran instansi terkait yang menangani masalah banjir di daerah hilir, tetap diminta waspada, menghadapi ancaman banjir, setelah melihat kondisi banjir yang terjadi di Solo, Jateng. Alasannya, kalau dalam waktu bersamaan, di daerah hulur dan hilir terjadi hujan, bisa menimbulkan banjir besar.
"Yang jelas melihat perkembangan air banjir di daerah hulu Jateng, kita semua tetap harus waspada, " katanya, menegaskan. (ANT)
Langganan:
Postingan (Atom)