Cinangka (ANTARA News) - Asap Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda mencapai 25 meter, dan nampak terlihat jelas dari pos pemantau di Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
"Tinggi asap Gunung Anak Krakatau terlihat 25 meter," kata Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Kamis.
Ketinggian asap Gunung Anak Krakatau pada tahun 2011, selama ini paling tinggi mencapai 500 meter.
"Pos Pemantau di Desa Pasauran hanya melihat ketinggian asap Gunung Anak Krakatau paling tinggi mencapai 500 meter," katanya.
Sedangkan untuk warna asap Gunung Anak Krakatau sendiri, menurut Anton, masih sama seperti hari sebelumnya berwarna putih.
"Warna asapnya putih tipis, sama seperti kemarin," ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga, Anyer, Herman, menjelaskan, asap Gunung Anak Krakatau terlihat samar-samar.
"Kalau dari Pantai Anyer sekarang ini, asap Gunung Anak Krakatau tidak nampak jelas, terlihat samar-samar, sama seperti kemarin," katanya.
Dia mengaku, kondisi kegempaan Gunung Anak Krakatau yang naik dari Waspada ke Siaga, berbeda dengan tahun 2010 lalu.
"Kalau tahun sebelumnya, ketika Gunung Anak Krakatau dinyatakan Siaga, kami dapat melihat dengan jelas asap yang keluar dari perut gunung tersebut," katanya.
Kegempaan Gunung Anak Krakatau pada tahun 2010 sangat terasa kegempaan yang dikeluarkan oleh Gunung tersebut, seperti letusan atau dentuman.
"Dentuman yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau menggetarkan jendela kaca rumah warga yang di pesisir," ujarnya.
Bahkan, kata dia, kegempaan Gunung Anak Krakatau di tahun 2010 membuat panik warga, karena seringnya bergetar jendela kaca rumah warga.
"Tahun lalu, rumah saya sering bergetar, akibat kegempaan Gunung Anak Krakatau," katanya.
(ANT-152/R010)
Mediant Global Mandiri merupakan gabungan dari beberapa kumpulan anak muda kreatif yang tergabung dalam : 1. Dian Production dan Chicak Music Studio serta Liar's Colection dan Aristya Colection , Beralamat di : Jln. H. Enang No. 28 Cisalak, Cimanggis Depok. telp: 0218732662
Positive Thinking
Positive Thinking Akan Sangat Membantu Pola Pikir Kita Dalam Berkomunikasi Antara Kita Serta berkreasi Maupun Dalam Menunjang Aktivitas Kita
Jumat, 30 Desember 2011
Gunung Anak Krakatau keluarkan gempa hembusan
Cinangka (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda mengeluarkan gempa hembisan yang berhawa panas, dan pos pemantau masih meminta warga serta turis untuk menjauh dari lokasi kegempaan tersebut.
"Data yang terekam, hembusan pada Rabu 29 Desember 2011 sebanyak satu kali," kata Kepala Pos Pemantau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Kamis.
Dia menjelaskan, hembusan yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau, tidak menentu, atau jumlahnya naik turun.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kata Anton, masih melarang warga untuk mendekat ke lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer, karena berbahaya bagi siapapun.
"Rekomendasi yang sudah dibuat oleh PVMBG masih berlaku dan belum dicabut, karenanya semua pihak harus memahami," ujarnya.
Namun demikian, kata dia, pihaknya meminta warga dan nelayan tetap melakukan aktivitas seperti biasa seperti melaut atau mencari ikan. "Sepanjang rekomendasi yang telah di buat oleh PVMBG tidak dilanggar, saya rasa aman," ujarnya.
Terpisah, salah seorang warga Anyer, Herdy, mengaku dirinya tidak merasakan kegempaan Gunung Anak Krakatau "Biasanya ada saja yang kami rasakan, misalnya suara dentuman, tapi sudah lama sekali saya tidak mendengar," katanya.
Menurut dia, kegempaan Gunung Anak Krakatau berbeda dengan tahun 2011. "Kalau tahun lalu kegempaan Gunung Anak Krakatau sangat dirasakan oleh warga, sedikit-sedikit mengeluarkan letusan dan menggetarkan perumahan warga di pesisir pantai," katanya.
(ANT-152/R010)
"Data yang terekam, hembusan pada Rabu 29 Desember 2011 sebanyak satu kali," kata Kepala Pos Pemantau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Kamis.
Dia menjelaskan, hembusan yang dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau, tidak menentu, atau jumlahnya naik turun.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kata Anton, masih melarang warga untuk mendekat ke lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer, karena berbahaya bagi siapapun.
"Rekomendasi yang sudah dibuat oleh PVMBG masih berlaku dan belum dicabut, karenanya semua pihak harus memahami," ujarnya.
Namun demikian, kata dia, pihaknya meminta warga dan nelayan tetap melakukan aktivitas seperti biasa seperti melaut atau mencari ikan. "Sepanjang rekomendasi yang telah di buat oleh PVMBG tidak dilanggar, saya rasa aman," ujarnya.
Terpisah, salah seorang warga Anyer, Herdy, mengaku dirinya tidak merasakan kegempaan Gunung Anak Krakatau "Biasanya ada saja yang kami rasakan, misalnya suara dentuman, tapi sudah lama sekali saya tidak mendengar," katanya.
Menurut dia, kegempaan Gunung Anak Krakatau berbeda dengan tahun 2011. "Kalau tahun lalu kegempaan Gunung Anak Krakatau sangat dirasakan oleh warga, sedikit-sedikit mengeluarkan letusan dan menggetarkan perumahan warga di pesisir pantai," katanya.
(ANT-152/R010)
Senin, 19 Desember 2011
Gunung Anak Krakatau masih keluarkan asap putih
Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau mengatakan, gunung tersebut masih mengeluarkan asap putih sedangkan intensitas kegempaan masih stagnan.
"Ketinggian asap masih sekitar 50 sampai 100 meter yang terkadang tampak dan terkadang tidak," kata petugas pemantau gunung itu, Andi Suardi, di pos pemantau Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu malam.
Kemudian, jumlah kegempaan masih stagnan pada hitungan 500 kali dalam sehari selama empat hari terakhir yang sebelumnya mencapai ribuan kali dalam sehari.
"Kegempaan hanya terjadi dalam beberapa satu menit sekali sedangkan sebelumnya mencapai dua sampai tiga kali dalam semenit," katanya.
Meskipun jumlah kegempaan menurun, ia mengimbau, kepada nelayan atau wisatawan untuk waspada karena peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu.
"Gunung itu masih berpotensi mengeluarkan letusan dan erupsi vulkanik," katanya.
Namun, potensi letusan dan erupsi material vulkanik tersebut diperkirakan berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badan gunung itu.
"Nelayan maupun wisatawan diharapkan tetap menjaga jarak aman minimal dua kilometer," imbaunya.
"Tidak ada aktivitas menonjol pada gunung itu dan sampai saat ini Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.
Ia juga mengatakan, aktivitas Anak Krakatau memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksikan oleh petugas, namun kemungkinan beberapa hari ke depan masih stagnan dengan kegempaan sekitar 500-an kali.
Ia menambahkan, terkadang gunung itu sulit terpantau dengan visual mata karena kabut tebal menyelimuti sepanjang hari terutama saat curah hujan tinggi di perairan Selat Sunda.
(ANT-048/Z002)
"Ketinggian asap masih sekitar 50 sampai 100 meter yang terkadang tampak dan terkadang tidak," kata petugas pemantau gunung itu, Andi Suardi, di pos pemantau Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Minggu malam.
Kemudian, jumlah kegempaan masih stagnan pada hitungan 500 kali dalam sehari selama empat hari terakhir yang sebelumnya mencapai ribuan kali dalam sehari.
"Kegempaan hanya terjadi dalam beberapa satu menit sekali sedangkan sebelumnya mencapai dua sampai tiga kali dalam semenit," katanya.
Meskipun jumlah kegempaan menurun, ia mengimbau, kepada nelayan atau wisatawan untuk waspada karena peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu.
"Gunung itu masih berpotensi mengeluarkan letusan dan erupsi vulkanik," katanya.
Namun, potensi letusan dan erupsi material vulkanik tersebut diperkirakan berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badan gunung itu.
"Nelayan maupun wisatawan diharapkan tetap menjaga jarak aman minimal dua kilometer," imbaunya.
"Tidak ada aktivitas menonjol pada gunung itu dan sampai saat ini Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.
Ia juga mengatakan, aktivitas Anak Krakatau memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksikan oleh petugas, namun kemungkinan beberapa hari ke depan masih stagnan dengan kegempaan sekitar 500-an kali.
Ia menambahkan, terkadang gunung itu sulit terpantau dengan visual mata karena kabut tebal menyelimuti sepanjang hari terutama saat curah hujan tinggi di perairan Selat Sunda.
(ANT-048/Z002)
Tambora aman untuk didaki meski berstatus waspada
Dompu, NTB (ANTARA News) - Gunung Tambora di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumbawa selalu menjadi tujuan warga di daerah ini, untuk merayakan tahun baru.
Gunung yang pernah meletus dahsyat pada 15 April 1918 itu, saat ini masih ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dalam status waspada setelah selama satu bulan lalu naik menjadi siaga, kata Kepala Pemantau Kegunung Apian di Desa Doro Peti Kecamatan Pekat, Abdul Haris, Minggu.
Dia mengingatkan warga yang selalu merayakan tahun baru di Tambora, untuk tetap hati-hati. "Statusnya sih masih waspada, tapi hal yang membahayakan seperti asap belerang dan gas beracun tidak ada. Asal hati-hati, saya jamin selamat kok," katanya.
Ia menambahkan, dari catatan Seismograf sejak dua bulan terakhir atau paska diturunkan statusnya dari siaga level III ke Waspada level II, tidak tercatat adanya gempa tektonik baik dangkal maupun dalam.
Namun yang perlu diwaspadai oleh pendaki, Gunung Tambora sejak berupa status tersebut kabutnya semakin tebal. Apalagi saat ini didaerah ini hujan mulai melanda.
"Jika sebelumnya pendaki harus turun dan menginap di pos tiga pada pukul 13.00 WITA, kini pukul 10.00 WITA harus sudah turun," katanya.
Gunung Tambora yang memiliki gugusan Kaldera diameter kurang lebih sekitar lima kilo meter itu, memiliki tanah bibir kawah yang labil.
Sementara, kondisi kabut tebal yang menyelimuti puncak Tambora sekitar pukul 11.00 WITA menyebabkan pendaki tidak bisa melihat.
"Jarak pandangnya hanya satu meter saja, sehingga ditakutkan pendaki akan terperosok masuk ke kawah Tambora," katanya.
Gunung Tambora yang berada diantara dua Kabupaten Dompu dan Bima ini, setiap tahunnya selalu menjadi kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun lokal.
Bahkan, saat gunung tersebut ditetapkan statusnya siaga, beberapa wisatawan asal Australia berhasil selamat mendaki gunung tersebut.
Selain bisa menikmati terbitnya matahari dari atas puncak Gunung Tambora, pendaki bisanya bisa menikmati suasana alam yang masih banyak dihuni rusa tersebut.
(ANT-232/Y008)
Gunung yang pernah meletus dahsyat pada 15 April 1918 itu, saat ini masih ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dalam status waspada setelah selama satu bulan lalu naik menjadi siaga, kata Kepala Pemantau Kegunung Apian di Desa Doro Peti Kecamatan Pekat, Abdul Haris, Minggu.
Dia mengingatkan warga yang selalu merayakan tahun baru di Tambora, untuk tetap hati-hati. "Statusnya sih masih waspada, tapi hal yang membahayakan seperti asap belerang dan gas beracun tidak ada. Asal hati-hati, saya jamin selamat kok," katanya.
Ia menambahkan, dari catatan Seismograf sejak dua bulan terakhir atau paska diturunkan statusnya dari siaga level III ke Waspada level II, tidak tercatat adanya gempa tektonik baik dangkal maupun dalam.
Namun yang perlu diwaspadai oleh pendaki, Gunung Tambora sejak berupa status tersebut kabutnya semakin tebal. Apalagi saat ini didaerah ini hujan mulai melanda.
"Jika sebelumnya pendaki harus turun dan menginap di pos tiga pada pukul 13.00 WITA, kini pukul 10.00 WITA harus sudah turun," katanya.
Gunung Tambora yang memiliki gugusan Kaldera diameter kurang lebih sekitar lima kilo meter itu, memiliki tanah bibir kawah yang labil.
Sementara, kondisi kabut tebal yang menyelimuti puncak Tambora sekitar pukul 11.00 WITA menyebabkan pendaki tidak bisa melihat.
"Jarak pandangnya hanya satu meter saja, sehingga ditakutkan pendaki akan terperosok masuk ke kawah Tambora," katanya.
Gunung Tambora yang berada diantara dua Kabupaten Dompu dan Bima ini, setiap tahunnya selalu menjadi kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun lokal.
Bahkan, saat gunung tersebut ditetapkan statusnya siaga, beberapa wisatawan asal Australia berhasil selamat mendaki gunung tersebut.
Selain bisa menikmati terbitnya matahari dari atas puncak Gunung Tambora, pendaki bisanya bisa menikmati suasana alam yang masih banyak dihuni rusa tersebut.
(ANT-232/Y008)
PVMBG: Gunung Anak Krakatau tidak timbulkan gempa
Cinangka (ANTARA News) - Aktivitas gempa vulkanik yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak menimbulkan gempa, kata Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Kegempaan vulkanik yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak timbulkan gempa dan lainnya," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Minggu.
Anton Tripambudi menjelaskan, meski tidak menimbulkan gempa dan cenderung aktivitasnya menurun, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan level III atau Siaga.
"Kami masih menetapkan level Gunung Anak Krakatau Siaga, dan kami melarang warga atau turis untuk mendekat ke lokasi kegempaan pada radius dua kilometer," katanya menambahkan.
Dia menjelaskan, aktivitas GAK berstatus Siaga sejak tanggal 30 September 2011 tidak membahayakan, sepanjang warga atau siapa pun mengikuti rekomendasi yang sudah dikeluarkan oleh PVMBG.
"Kami harap warga juga tidak panik, karena kegempaan yang terjadi pada GAK, selama tidak mendekat pada radius dua kilometer tidak membahayakan," kata Anton menambahkan.
Sementara itu warga di pesisir Pantai Anyer mengaku belum merasa khawatir dengan kegempaan yang terjadi terhadap GAK di Selat Sunda.
"Saya dan keluarga masih merasa nyaman, seperti sebelum Gunung Anak Krakatau ditetapkan kembali level III," kata warga Paku, Anyer, Herman.
Menurut dia, keluarganya sudah terbiasa dengan kondisi kegempaan GAK yang kembali pada level Siaga. "Alhamdulillah, selama level III status GAK tidak terjadi hal yang menakutkan. Dan harapan kami juga pada status kali ini tidak menimbulkan hal yang mengkhawatirkan," katanya menambahkan.
(ANT-152/A011)
"Kegempaan vulkanik yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tidak timbulkan gempa dan lainnya," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Minggu.
Anton Tripambudi menjelaskan, meski tidak menimbulkan gempa dan cenderung aktivitasnya menurun, Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan level III atau Siaga.
"Kami masih menetapkan level Gunung Anak Krakatau Siaga, dan kami melarang warga atau turis untuk mendekat ke lokasi kegempaan pada radius dua kilometer," katanya menambahkan.
Dia menjelaskan, aktivitas GAK berstatus Siaga sejak tanggal 30 September 2011 tidak membahayakan, sepanjang warga atau siapa pun mengikuti rekomendasi yang sudah dikeluarkan oleh PVMBG.
"Kami harap warga juga tidak panik, karena kegempaan yang terjadi pada GAK, selama tidak mendekat pada radius dua kilometer tidak membahayakan," kata Anton menambahkan.
Sementara itu warga di pesisir Pantai Anyer mengaku belum merasa khawatir dengan kegempaan yang terjadi terhadap GAK di Selat Sunda.
"Saya dan keluarga masih merasa nyaman, seperti sebelum Gunung Anak Krakatau ditetapkan kembali level III," kata warga Paku, Anyer, Herman.
Menurut dia, keluarganya sudah terbiasa dengan kondisi kegempaan GAK yang kembali pada level Siaga. "Alhamdulillah, selama level III status GAK tidak terjadi hal yang menakutkan. Dan harapan kami juga pada status kali ini tidak menimbulkan hal yang mengkhawatirkan," katanya menambahkan.
(ANT-152/A011)
Aktivitas gempa Gunung Ijen meningkat
Banyuwangi (ANTARA News) - Aktivitas gempa tremor dangkal dan gempa vulkanik Gunung Ijen (2.386 mdpl) terus meningkat, bahkan gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Bondowoso-Banyuwangi, Jatim, itu statusnya naik dari Waspada menjadi Siaga, Minggu.
"Status Gunung Ijen meningkat dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak hari ini pada pukul 04.00 WIB," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, Bambang Heri Purwanto di Desa Taman Sari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, saat dihubungi ANTARA.
Menurut dia, berdasarkan pengamatan di PPGA mencatat peningkatan aktivitas gempa tremor dangkal meningkat dari 27 kali menjadi 102 kali, sedangkan gempa vulkanik B meningkat dari lima kali menjadi 49 kali dalam sehari.
"Tanda-tanda peningkatan aktivitas Gunung Ijen sudah mulai terlihat pada saat petugas melakukan pemantauan di kawah, warna air kawah sudah berubah menjadi putih berbuih," paparnya.
Tanda-tandanya sudah mulai terlihat di kawah yakni warna air kawah yang normalnya berwarna hijau berubah menjadi putih berbuih dan mengeluarkan bunyi gemericik.
"Petugas yang berada di sekitar kawah langsung menjadi pusing dan saat ini tidak ada aktivitas burung yang melintas di sekitar kawah seperti pada hari-hari sebelumnya. Itu tanda alam bahwa aktivitas kawah Ijen meningkat," paparnya, menjelaskan.
Ia mengimbau masyarakat baik penambang belerang dan wisatawan tidak melakukan aktivitas dengan radius 1,5 kilometer dari kawah Gunung Ijen, namun masyarakat tidak perlu panik dan tetap waspada.
"Kami sudah menyampaikan peningkatan status itu kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pusat dan beberapa pemerintah kabupaten (pemkab) di sekitar Gunung Ijen yakni Pemkab Bondowoso, Pemkab Situbondo, dan Pemkab Banyuwangi," katanya, menambahkan.
Bambang juga mengimbau kepada masyarakat yang berada di sekitar aliran sungai Banyupait Banyuwangi untuk waspada dengan perubahan status tersebut, namun warga diminta tetap tenang.
Secara terpisah, Kepala Balai Besar Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur III di Kabupaten Jember yang mengelola taman wisata kawah Gunung Ijen, Sunandar Trigunajasa, mengatakan pihak BKSDA sudah menutup taman wisata alam kawah Gunung Ijen sejak Jumat (16/12).
"Penutupan kawasan kawah Gunung Ijen berlaku juga bagi para penambang belerang karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seiring dengan peningkatan aktivitas gunung api tersebut yang kini statusnya Siaga," tuturnya.
"Status Gunung Ijen meningkat dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sejak hari ini pada pukul 04.00 WIB," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen, Bambang Heri Purwanto di Desa Taman Sari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, saat dihubungi ANTARA.
Menurut dia, berdasarkan pengamatan di PPGA mencatat peningkatan aktivitas gempa tremor dangkal meningkat dari 27 kali menjadi 102 kali, sedangkan gempa vulkanik B meningkat dari lima kali menjadi 49 kali dalam sehari.
"Tanda-tanda peningkatan aktivitas Gunung Ijen sudah mulai terlihat pada saat petugas melakukan pemantauan di kawah, warna air kawah sudah berubah menjadi putih berbuih," paparnya.
Tanda-tandanya sudah mulai terlihat di kawah yakni warna air kawah yang normalnya berwarna hijau berubah menjadi putih berbuih dan mengeluarkan bunyi gemericik.
"Petugas yang berada di sekitar kawah langsung menjadi pusing dan saat ini tidak ada aktivitas burung yang melintas di sekitar kawah seperti pada hari-hari sebelumnya. Itu tanda alam bahwa aktivitas kawah Ijen meningkat," paparnya, menjelaskan.
Ia mengimbau masyarakat baik penambang belerang dan wisatawan tidak melakukan aktivitas dengan radius 1,5 kilometer dari kawah Gunung Ijen, namun masyarakat tidak perlu panik dan tetap waspada.
"Kami sudah menyampaikan peningkatan status itu kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pusat dan beberapa pemerintah kabupaten (pemkab) di sekitar Gunung Ijen yakni Pemkab Bondowoso, Pemkab Situbondo, dan Pemkab Banyuwangi," katanya, menambahkan.
Bambang juga mengimbau kepada masyarakat yang berada di sekitar aliran sungai Banyupait Banyuwangi untuk waspada dengan perubahan status tersebut, namun warga diminta tetap tenang.
Secara terpisah, Kepala Balai Besar Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur III di Kabupaten Jember yang mengelola taman wisata kawah Gunung Ijen, Sunandar Trigunajasa, mengatakan pihak BKSDA sudah menutup taman wisata alam kawah Gunung Ijen sejak Jumat (16/12).
"Penutupan kawasan kawah Gunung Ijen berlaku juga bagi para penambang belerang karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seiring dengan peningkatan aktivitas gunung api tersebut yang kini statusnya Siaga," tuturnya.
Jumat, 16 Desember 2011
Gunung Anak Krakatau keluarkan asap tebal
Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda kerap mengeluarkan hembusan asap tebal dari puncaknya dalam beberapa hari terakhir.
Petugas pemantau gunung Anak Krakatau Andi Suardi di Kalianda, di pos pemantau Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Kamis, mengatakan, ketinggian hembusan bervariasi antara 50 sampai 100 meter.
Ia menjelaskan, secara umum aktivitas kegempaan gunung itu menurun yang tercatat sebanyak ratusan kali sedangkan sebelumnya sempat mencapai ribuan kali dalam sehari.
"Kegempaan sebelumnya pada kisaran 1.137 kali, kemudian turun 715 kali dan hari ini 515 kali," katanya.
Kemudian, intensitas kegempaan tersebut terjadi tidak serapat sebelumnya yang terjadi hampir dalam satu menit sekali dan sekarang beberapa menit sekali.
Ia menjelaskan, aktivitas gunung itu memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi dengan peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu sesuai tipe gunung itu.
"Kami perkirakan beberapa hari ke depan masih fluktuatif dengan intensitas kegempaan ratusan kali atau dibawah seribu kali per hari," katanya.
Menurutnya, sampai saat ini tidak ada aktivitas menonjol pada gunung setinggi 230 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu baik letusan maupun erupsi material vukanik.
"Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.
Ia mengaku, terkadang masih sulit memantau gunung itu melalui visual mata karena diselimuti kabut tebal sepanjang hari dan hujan di tengah laut menghalangi pandangan mata.
Menurut dia, potensi letusan dan erupsi material vulkanik tetap ada meskipun berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badanya untuk membentuk kubah baru sesuai dengan tipe letusan gunung itu.
Ia mengimbau, para nelayan dan wisatawan tetap waspada dengan aktivitas gunung itu meski saat ini kegempaan menurun, karena letusan dalam skala besar dapat terjadi sewaktu-waktu dengan radius aman dua kilometer. (ANT-048/M027)
Petugas pemantau gunung Anak Krakatau Andi Suardi di Kalianda, di pos pemantau Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, Kamis, mengatakan, ketinggian hembusan bervariasi antara 50 sampai 100 meter.
Ia menjelaskan, secara umum aktivitas kegempaan gunung itu menurun yang tercatat sebanyak ratusan kali sedangkan sebelumnya sempat mencapai ribuan kali dalam sehari.
"Kegempaan sebelumnya pada kisaran 1.137 kali, kemudian turun 715 kali dan hari ini 515 kali," katanya.
Kemudian, intensitas kegempaan tersebut terjadi tidak serapat sebelumnya yang terjadi hampir dalam satu menit sekali dan sekarang beberapa menit sekali.
Ia menjelaskan, aktivitas gunung itu memang cenderung fluktuatif dan sulit diprediksi dengan peningkatan aktivitas dapat terjadi sewaktu-waktu sesuai tipe gunung itu.
"Kami perkirakan beberapa hari ke depan masih fluktuatif dengan intensitas kegempaan ratusan kali atau dibawah seribu kali per hari," katanya.
Menurutnya, sampai saat ini tidak ada aktivitas menonjol pada gunung setinggi 230 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu baik letusan maupun erupsi material vukanik.
"Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan statusnya masih siaga," katanya.
Ia mengaku, terkadang masih sulit memantau gunung itu melalui visual mata karena diselimuti kabut tebal sepanjang hari dan hujan di tengah laut menghalangi pandangan mata.
Menurut dia, potensi letusan dan erupsi material vulkanik tetap ada meskipun berkekuatan rendah dan hanya jatuh di sekitar badanya untuk membentuk kubah baru sesuai dengan tipe letusan gunung itu.
Ia mengimbau, para nelayan dan wisatawan tetap waspada dengan aktivitas gunung itu meski saat ini kegempaan menurun, karena letusan dalam skala besar dapat terjadi sewaktu-waktu dengan radius aman dua kilometer. (ANT-048/M027)
Selasa, 13 Desember 2011
Gempa di Gorontalo, Lampu Bergoyang dan Jendela Bergetar
Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Gempa berkekuatan 6,3 skala richter (SR) terjadi di Gorontalo. Gempa dirasakan sekitar 10 detik. Gempa juga sempat membuat kaget warga Kota Gorontalo, termasuk petugas kepolisian di Mapolda Gorontalo.
"Terasa sekitar 10 detik, bikin kaget. Lampu goyang dan jendela bergetar," kata Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Lisma Dunggio saat dihubungi detikcom, Selasa (13/12/2011).
Gempa terjadi pukul 14.52 WIB. Gempa berkekuatan 6,3 SR itu terjadi di lokasi 71 km tenggara Kota Gorontalo. Lisma menjelaskan, Polda Gorontalo belum mendapatkan adanya laporan korban jiwa.
"Belum ada laporan korban luka-luka atau bangunan rusak," jelasnya.
Jakarta - Gempa berkekuatan 6,3 skala richter (SR) terjadi di Gorontalo. Gempa dirasakan sekitar 10 detik. Gempa juga sempat membuat kaget warga Kota Gorontalo, termasuk petugas kepolisian di Mapolda Gorontalo.
"Terasa sekitar 10 detik, bikin kaget. Lampu goyang dan jendela bergetar," kata Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Lisma Dunggio saat dihubungi detikcom, Selasa (13/12/2011).
Gempa terjadi pukul 14.52 WIB. Gempa berkekuatan 6,3 SR itu terjadi di lokasi 71 km tenggara Kota Gorontalo. Lisma menjelaskan, Polda Gorontalo belum mendapatkan adanya laporan korban jiwa.
"Belum ada laporan korban luka-luka atau bangunan rusak," jelasnya.
Minggu, 11 Desember 2011
Gunung Gamalama meletus lagi
ernate, Maluku Utara (ANTARA News) - Gunung api Gamalama di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, Minggu sore kembali meletus pada pukul 17.57 WITA. Warga di sana panik menyelamatkan diri walau status letusan masih dinyatakan pada siaga tingkat III.
"Abu vulkanik yang sangat halus sudah menimpa Kota Ternate, " kata Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur, Kristianto, di Ternate, Minggu. Gunung api setinggi 1.700 meter dari permukaan laut dengan postur sangat lancip itu jelas terlihat dari pusat Kota Ternate dan bisa dibilang mendominasi pulau itu.
"Letusan itu terjadi empat kali dimulai pada pukul 17.57 WITA dengan amplitudo 26 mm dan durasi sekitar 15 menit," katanya. Mengikuti letusan-letusan itu, abu hitam kelabu tebal setinggi 1.000 meter kontan terbentuk dari puncak gunung dan condong ke selatan.
Sebagian warga yang tinggi di sekitar kaki Gunung Gamalama seperti Marikurubu dan Moya keluar rumah dan mengantisipasi berbagai kemungkinan dari letusan susulan.
Sementara itu, Humas Pusat Kendali Bencana Alam Kota Ternate, Sutopo Abdullah, ketika dikonfirmasi meminta warga Kota Ternate tidak panik. "Warga Ternate jangan panik, tapi harus tetap waspada dan Pusat Kendali Bencana Alam Kota Ternate pasti akan menyampaikan apa yang harus dilakukan warga," katanya.
"Abu vulkanik yang sangat halus sudah menimpa Kota Ternate, " kata Kepala Subbidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur, Kristianto, di Ternate, Minggu. Gunung api setinggi 1.700 meter dari permukaan laut dengan postur sangat lancip itu jelas terlihat dari pusat Kota Ternate dan bisa dibilang mendominasi pulau itu.
"Letusan itu terjadi empat kali dimulai pada pukul 17.57 WITA dengan amplitudo 26 mm dan durasi sekitar 15 menit," katanya. Mengikuti letusan-letusan itu, abu hitam kelabu tebal setinggi 1.000 meter kontan terbentuk dari puncak gunung dan condong ke selatan.
Sebagian warga yang tinggi di sekitar kaki Gunung Gamalama seperti Marikurubu dan Moya keluar rumah dan mengantisipasi berbagai kemungkinan dari letusan susulan.
Sementara itu, Humas Pusat Kendali Bencana Alam Kota Ternate, Sutopo Abdullah, ketika dikonfirmasi meminta warga Kota Ternate tidak panik. "Warga Ternate jangan panik, tapi harus tetap waspada dan Pusat Kendali Bencana Alam Kota Ternate pasti akan menyampaikan apa yang harus dilakukan warga," katanya.
Selasa, 06 Desember 2011
Status gunung Sindoro naik menjadi waspada
Temanggung (ANTARA News) - Status Gunung Sindoro di perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, naik dari aktif normal menjadi waspada.
Petugas Pos Pemantau Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Sumaryanto di Temanggung, Senin, mengatakan berdasarkan keputusan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi status Gunung Sindoro menjadi waspada pada 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB.
Ia mengatakan, peningkatan status tersebut berdasarkan kenaikan aktivitas gunung yang dipantau secara visual maupun dari rekaman peralatan.
"Kami terus memantau kondisi puncak Sindoro, bahkan pada 26 November dan 2 Desember 2011 kami naik ke puncak untuk melihat langsung Kawah Jolotundo," katanya.
Ia mengatakan, pada pendakian tersebut terlihat bahwa terjadi semburan asap sulfatara cukup banyak dari dinding kawah.
"Kami tidak bisa lagi menghitung titik semburan sulfatara karena sudah menyebar," katanya.
Sumaryanto mengatakan, berdasarkan catatan seismograf pada 3-4 Desember 2011 terjadi peningkatan kegempaan dari hari-hari sebelumnya, terutama vulkanik dangkal.
Ia mengatakan, dengan peningkatan status tersebut semua jalur pendakian ke Gunung Sindoro ditutup.
Gunung Sindoro dengan ketinggian 3.150 meter di atas permukaan air laut ini terakhir meletus pada 1970.
Petugas Pos Pemantau Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Sumaryanto di Temanggung, Senin, mengatakan berdasarkan keputusan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi status Gunung Sindoro menjadi waspada pada 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB.
Ia mengatakan, peningkatan status tersebut berdasarkan kenaikan aktivitas gunung yang dipantau secara visual maupun dari rekaman peralatan.
"Kami terus memantau kondisi puncak Sindoro, bahkan pada 26 November dan 2 Desember 2011 kami naik ke puncak untuk melihat langsung Kawah Jolotundo," katanya.
Ia mengatakan, pada pendakian tersebut terlihat bahwa terjadi semburan asap sulfatara cukup banyak dari dinding kawah.
"Kami tidak bisa lagi menghitung titik semburan sulfatara karena sudah menyebar," katanya.
Sumaryanto mengatakan, berdasarkan catatan seismograf pada 3-4 Desember 2011 terjadi peningkatan kegempaan dari hari-hari sebelumnya, terutama vulkanik dangkal.
Ia mengatakan, dengan peningkatan status tersebut semua jalur pendakian ke Gunung Sindoro ditutup.
Gunung Sindoro dengan ketinggian 3.150 meter di atas permukaan air laut ini terakhir meletus pada 1970.
Langganan:
Postingan (Atom)