Palembang (ANTARA
News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan
meminta pemerintah pusat dan daerah segera membentuk Komisi Penyelesaian
Konflik Agraria agar persoalan sengketa tanah yang tidak pernah habis
bisa lebih cepat ditangani hingga tuntas.
"Komisi Penyelesaian Konflik Agraria mendesak dibentuk karena
persoalan sengketa tanah di berbagai daerah terutama di Sumsel ini terus
bertambah dan sering memicu terjadinya bentrokan yang menyebabkan
jatuhnya korban jiwa atau luka-luka," kata Kepala Divisi Pengembangan
Pengorganisasian Walhi Sumsel Hadi Jatmiko di Palembang, Minggu.
Menurut dia, melihat semakin berkembangnya konflik agraria dan
banyaknya jatuh korban jiwa dalam proses penyelesaian masalah itu, sudah
saatnya dibentuk lembaga khusus independen yang fokus mengurusi masalah
konflik agraria.
Dengan adanya lembaga yang personelnya adalah orang-orang independen
terbebas dari kepentingan seseorang, institusi dan kelompok manapun,
diyakini mampu menyelesaikan semua konflik agraria yang terjadi di
negeri ini sesuai dengan aturan hukum dan secara damai, kata dia.
Dia menjelaskan, Sumsel terdapat banyak konflik agraria, salah satu
contoh di lahan perkebunan tebu dan pabrik gula Cinta Manis milik PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) VII di Kabupaten Ogan Ilir.
Lahan perkebunan tebu dan pabrik gula tersebut yang luasnya sekitar
20 ribu hektare lebih yang dikuasai PTPN sejak 1982 sekarang ini sedang
bersengketa dengan masyarakat dan petani yang tersebar di puluhan desa
kabupaten tersebut.
Dalam proses perjuangan masyarakat dan petani untuk mendapatkan
lahan mereka yang dikuasai perusahaan perkebunan milik negara itu, pada
Juli 2012 terjadi bentrokan dengan aparat Brimob Polda Sumsel yang
mengakibatkan jatuhnya satu korban jiwa anak petani yang berusia belasan
tahun, satu korban cacat tetap dan empat orang mengalami luka tembak.
Pascabentrokan itu perjuangan masyarakat dan petani di Ogan Ilir
mulai mengendor karena banyak yang takut untuk kembali beraksi
mendapatkan hak mereka, kondisi ini tidak bisa dianggap persoalan di
daerah tersebut telah berakhir karena sewaktu-waktu konfliknya kembali
memanas.
Sebelum konflik agraria di negara ini semakin rumit dan parah, perlu
diambil langkah-langkah penanganan yang tepat dan cepat oleh pemerintah
dengan segera membentuk lembaga independen tersebut, ujar aktivis Walhi
Sumsel itu berharap. (Y009/Z002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar