Positive Thinking

Positive Thinking Akan Sangat Membantu Pola Pikir Kita Dalam Berkomunikasi Antara Kita Serta berkreasi Maupun Dalam Menunjang Aktivitas Kita

Rabu, 30 Maret 2011

Teka-teki Air Kawasan Merapi

Artikel dari : Masduki Attamami dan Victorianus Sat Pranyoto
Yogyakarta (ANTARA News) - Teka-teki kondisi air di kawasan Gunung Merapi pascaerupsi 2010, sampai sekarang masih pada apakah air itu layak dikonsumsi atau tidak.

Sejumlah sumur warga di kawasan kaki Merapi di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama di sekitar aliran lahar Sungai Gendol, saat ini menurut warga airnya tidak layak dikonsumsi karena tercium bau belerang.

Air yang diambil dari sumur setempat tercium bau belerang yang menyengat. "Kemungkinan besar sumur-sumur warga ini tercemar belerang yang meresap melalui Sungai Gendol," kata Kepala Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Hartono, Rabu (23/3).

Menurut dia, sumur warga yang tercemar belerang di antaranya di Dusun Murangan, Desa Sindumartani yang meliputi RT 1, RT 2 dan RT 3 di wilayah RW 5.

"Di tiga RT tersebut saat ini dihuni 90 kepala keluarga (KK), atau sekitar 500 jiwa dari segala usia," katanya.

Ia mengatakan warga merasakan adanya aroma belerang yang menyengat dari air sumur mereka sejak beberapa waktu lalu, atau sejak banjir lahar dingin sering terjadi di Sungai Gendol.

"Saat ini warga harus mencari air di lokasi yang masih aman, atau di wilayah tetangga RT, untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak," katanya.

Menurut Hartono, sebagian warga lainnya menggunakan air mineral isi ulang untuk keperluan minum maupun memasak. Air sumur hanya digunakan untuk mandi dan mencuci baju maupun perabotan rumah tangga.

Ia mengatakan tercemarnya sumur warga di Dusun Murangan kemungkinan karena letak dam Sungai Gendol di dusun ini cukup tinggi, sehingga terjadi genangan air bercampur dengan belerang.

"Air sisa banjir lahar yang menggenang itu kemungkinan meresap ke dalam tanah, dan kemudian merembes ke sumur warga. Jarak antara rumah warga dengan tanggul Sungai Gendol hanya 50 hingga 100 meter," katanya.

Dam Murangan yang kini dipenuhi material vulkanik Merapi, kata dia material itu juga menumpuk sangat tinggi, sehingga belerang hanya mengendap, dan sulit mengalir ke hilir.

"Warga berharap agar Dam Murangan di Sungai Gendol ini bisa diturunkan sedikit untuk aliran belerang, sehingga tidak terus menerus merembes ke sumur warga," katanya.

Menurut dia, warga saat ini pun berharap ada bantuan air bersih guna memenuhi kebutuhan minum dan memasak sehari-hari. "Saat ini pasokan air bersih benar-benar diharapkan warga, terutama untuk keperluan makan dan minum," katanya.


Uji Kimiawi

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman melakukan uji kimiawi terhadap air sumur warga di kawasan kaki Gunung Merapi, terutama di sepanjang aliran lahar Sungai Gendol, menyusul adanya keluhan bau belerang dari warga.

"Kami langsung melakukan pemeriksaan terhadap air sumur warga di lereng Gunung Merapi, terutama yang berada di sekitar bantaran sungai yang berhulu di puncak Merapi," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman Cahya Purnama, Kamis (24/3).

Menurut dia, pemeriksaan ini untuk memastikan dampak terhadap kesehatan masyarakat, dan layak atau tidaknya air sumur itu dikonsumsi.

"Kami memang menemukan bahwa air sumur warga di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, berbau belerang, meskipun warnanya cerah. Oleh karena itu, kami perlu melakukan uji kimiawi guna mengetahui unsur yang terkandung dalam air sumur tersebut," katanya.

Ia mengatakan sumur warga di bantaran Sungai Gendol bisa dikuras, dan kemudian dilakukan penjernihan lagi, sehingga bisa dikonsumsi seperti semula.

"Ada beberapa `treatment` yang bisa dilakukan. Tetapi harus menunggu kandungan di dalam air dari sumur itu diketahui terlebih dulu, sehingga bisa diputuskan layak dikonsumsi atau tidak," katanya.


Mata Air Berubah

Erupsi Gunung Merapi menyebabkan pola mata air berubah, karena terkuburnya sumber utama mata air di sabuk mata air paling atas oleh material vulkanik, kata peneliti dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Langgeng Wahyu Santosa.

"Perubahan pola mata air di sabuk mata air tersebut akibat endapan material vulkanik terutama di sekitar aliran Sungai Kuning, Gendol, dan Sungai Woro," kata Langgeng yang juga anggota Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Fakultas Geografi UGM, Kamis (24/3).

Menurut dia, salah satu sumber mata air potensial yang selama ini telah dimanfaatkan sebagai sumber utama air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Sleman adalah mata air hulu Sungai Kuning, yakni Umbul Wadon dan Umbul Lanang. Kedua sumber ini telah terkubur endapan material vulkanik Merapi.

"Untuk dapat merumuskan tindakan yang lebih baik dan tepat dalam pengelolaan sumber daya mata air pascaerupsi Merapi, harus dipahami pendekatan geomorfologi kegunungapian," katanya.

Selain itu, kata dia, juga perlu dilakukan kajian potensi kerentanan air tanah bebas pencemaran.

Ia mengatakan beberapa kajian lain yang perlu dilakukan di antaranya pola perubahan sabuk mata air dan karakteristiknya, hidrogeokimia air tanah dan mata air, kerusakan sistem jaringan air bersih, perencanaan pola ruang, serta kajian lingkungan hidup strategis ekoregion gunung api.

Peneliti dari Fakultas Teknik UGM Heru Hendrayana mengatakan saat ini kondisi mata air hanya tertutup material letusan Merapi, sehingga hanya mengubah bentang alam lokal dan tutupan lahan. Jika nanti ada mata air yang akan keluar, itu karena ada tekanan tinggi dari dalam tanah.

"Mata air yang keluar cenderung mencari tempat yang bertekanan rendah, bisa menyebar atau terkonsentrasi. Kita masih menunggu sumber air itu akan muncul di mana," katanya.


Terancam Krisis Air

Warga di kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, DIY, terancam krisis air bersih jika Palang Merah Indonesia (PMI) benar-benar menghentikan pasokan air bersih mulai akhir Maret 2011.

"Jika PMI benar-benar menghentikan pasokan air, maka masyarakat di kaki Merapi akan kesulitan mendapatkan air bersih," kata Camat Pakem Budiharjo.

Menurut dia, saat ini memang banyak bantuan pipa dari organisasi swasta maupun perorangan, namun belum bisa dilakukan penyambungan ke sumber air untuk mencukupi kebutuhan warga, karena jalur ke sumber air di Umbul Wadon maupun Umbul Lanang masih sering dilanda banjir lahar dingin.

"Kebutuhan akan air bersih sampai sekarang masih mengandalkan droping air terutama dari PMI yang sejak bencana erupsi Merapi rutin memasok air bagi warga," katanya.

Saat ini, kata dia, dari perusahaan daerah air minum juga belum pasti kapan bisa mengalirkan air dari sumber di lereng gunung itu karena kondisi alam.

Ia mengatakan selain warga yang berada di daerah yang terdampak erupsi Merapi, perhotelan dan penginapan di sekitar gunung tersebut juga masih membeli air setiap hari.

"Satu tangki air bersih isi 5.000 liter saat ini harganya antara Rp100 ribu hingga Rp120 ribu," katanya.

Dinas Pekerjaan Umum dan Pembangunan Kabupaten Sleman masih melakukan pasokan air dengan menggunakan delapan truk tangki yang dimiliki.

"Namun, kebutuhan bagi para warga diyakini tidak bisa tercukupi, karena selama ini PMI setiap hari melakukan droping air sebanyak 70 tangki kepada warga di lereng Merapi, dan apabila PMI menghentikan pasokannya, warga akan banyak kekurangan air.

Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan pihaknya saat ini sedang mengajukan permohonan ke PMI Pusat untuk bisa memperpanjang pasokan air ke kawasan kaki Merapi, khususnya Kecamatan Pakem dan Cangkringan.

"Kami sedang mengajukan permohonan ke PMI, dan harapan kami droping air bisa diperpanjang, sehingga kebutuhan air bersih warga Merapi dapat terpenuhi, hingga saluran air dari mata air bisa tersambung," katanya.

Plt Kepala Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Urip Bahagia mengatakan masalah air bagi warga kawasan Merapi masih dalam pembahasan.

"Kami masih akan meminta perpanjangan droping air, karena jika tidak, kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga di kawasan itu," katanya.

Menurut dia, saat ini yang penting adalah kecukupan air bersih bagi warga, baik yang mengungsi, yang tinggal di hunian sementara, dan tempat lainnya. "Kami akan mengupayakan ketersediaannya," katanya.

Warga yang tinggal di kawasan Merapi, dan masih mengandalkan pasokan air, jumlahnya 20 ribu jiwa lebih yang tersebar di Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Kecamatan Tempel.


Pipa Air Mandiri

Korban bencana erupsi Gunung Merapi di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, memasang pipa saluran air secara mandiri dari mata air "Umbul Lanang" dan "Umbul Wadon" di lereng Gunung Merapi.

"Warga secara mandiri melakukan pemasangan pipa air untuk mengantisipasi jika nanti droping air dari PMI benar-benar dihentikan," kata Kepala Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Heri Suprapto.

Menurut dia, pemasangan dan perbaikan pipa air yang rusak akibat diterjang awan panas Merapi ini murni inisiatif warga, dan dikerjakan secara bergotong-royong.

"Kami mendapat informasi bahwa droping air bersih dari PMI akan segera dihentikan, dan selama ini droping dari PMI memang sangat membantu memenuhi kebutuhan air bersih warga korban Merapi," katanya.

Ia mengatakan selama ini warga kawasan Merapi hanya menggantungkan pemenuhan kebutuhan air dari droping yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUP) Kabupaten Sleman, PMI, maupun donatur lainnya.

"Sejak bencana erupsi, droping air bersih dari PMI memang paling banyak mencukupi kebutuhan warga. Sehingga, jika sampai droping air dari PMI benar-benar dihentikan, akan sangat terasa sekali," katanya.

Heri mengatakan apabila droping air hanya dilakukan Dinas PUP dan donatur, pasti tidak mencukupi. "Kami sangat berharap droping air dari PMI tidak berhenti, karena warga masih sangat membutuhkan," katanya.

Ia mengatakan pemasangan pipa air sepanjang delapan kilometer itu, yakni dari "Umbul Wadon" atau "Umbul Lanang" hingga barak pengungsi Kepuharjo serta hunian sementara Dusun Gondang I.

"Pipanya kami minta ke Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DIY, namunpemasangan pipa dilakukan secara gotong-royong oleh masyarakat dengan bergantian," katanya.


Debit Air Berkurang

Debit air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtamarta Yogyakarta berkurang sekitar 50 liter per detik, setelah matinya salah satu sumber air akibat erupsi Gunung Merapi pada November 2010, yaitu Umbul Wadon di Kabupaten Sleman.

"Sebelum terjadi bencana erupsi dan banjir lahar dingin Merapi, debit air PDAM Tirtamarta sekitar 620 liter per detik, tetapi kini hanya sekitar 570 liter per detik," kata Direktur Utama PDAM Tirtamarta Yogyakarta Imam Priyono di sela acara `Grebeg Air 2011`, di Yogyakarta, belum lama ini.

Menurut dia, meski debit air berkurang,pihaknya masih mampu memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan PDAM Tirtamarta sebanyak 34.000 pelanggan, yaitu 550 liter per detik.

Namun demikian, pelanggan yang berada di Kota Yogyakarta bagian selatan tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal, karena tekanan air PDAM tidak terlalu kuat, sehingga aliran air ke lantai dua atau tiga rumah maupun gedung, menjadi lemah.

"Fungsi dari Umbul Wadon adalah sebagai pendorong, tetapi karena sudah hilang, maka fungsi pendorong pun tidak ada lagi," kata Imam.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya kini memaksimalkan debit air di sumur-sumur dalam milik PDAM Tirtamarta yang jumlahnya 34 sumur, dengan rata-rata debit air setiap sumur 15-20 liter per detik.

Konsekuensi dari berkurangnya debit air, PDAM Tirtamarta tidak bisa menambah jumlah pelanggan.

"Kami berharap, pemerintah pusat bisa segera melakukan perbaikan terhadap jaringan air di Umbul Wadon, sehingga debit air bisa kembali meningkat," katanya.

Upaya jangka panjang yang bisa dilakukan, menurut dia adalah menyatukan PDAM di tiga kota dan kabupaten di DIY, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul, sehingga bisa mengambil air dari sumber di Magelang, Jawa Tengah. (U.M008*V001/KWR/K004)

Banjir Lahar Bencana Merapi Terlama

Yogyakarta (ANTARA News) - Banjir lahar dingin pascaerupsi Gunung Merapi 2010, kemungkinan merupakan bencana terlama dalam sejarah gunung api di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Gunung itu meletus pada Oktober 2010, dan timbunan material vulkaniknya berupa abu, pasir, kerikil dan batu di puncak, lereng, kaki gunung hingga kawasan sekitarnya, kini menjadi sumber bencana banjir lahar dingin.

Bencana sekunder dari gunung ini yaitu banjir lahar dingin, ternyata melebihi segalanya dibandingkan dengan bencana primer berupa letusan dan awan panas.

Banjir lahar dingin Merapi selama empat bulan terakhir dirasakan warga yang menjadi korban, dan pemerintah daerah serta pemerintah pusat maupun pihak-pihak lain yang terkait, merupakan bencana yang melelahkan. Air mata, harta benda, tenaga dan pikiran terkuras sepanjang hari, dan tidak diketahui sampai kapan.

Seribu lebih rumah warga, sejumlah infrastruktur berupa jembatan, jalan, irigasi dan ratusan hektare lahan pertanian mengalami kerusakan akibat bencana alam tersebut. Bahkan ratusan rumah penduduk kemungkinan tidak bisa lagi ditempati karena tertimbun tanah, pasir dan kerikil.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyatakan potensi banjir lahar dingin masih akan terus terjadi, karena baru sekitar 30 persen material erupsi Merapi yang turun atau longsor menjadi lahar hujan.

"Material hasil erupsi Merapi yang masih berada di atas sekitar 70 persen. Ini masih akan terus menjadi ancaman selama musim hujan masih terjadi," kata Kepala BPPTK Yogyakarta Subandriyo.

Menurut dia, hujan dengan intensitas kurang dari 20 milimeter per jam sudah akan mampu menghanyutkan material erupsi Merapi menjadi lahar hujan, karena kondisi material yang sudah semakin jenuh.

Material hasil erupsi Merapi 2010 diperkirakan volumenya sekitar 140 juta meter kubik. BPPTK bahkan pernah menyebutkan diperlukan tiga musim hujan, atau tiga tahun untuk "menghabiskan" sekitar 70 persen material hasil erupsi yang masih berada di atas itu.

Terkait dengan ancaman banjir lahar tersebut, BPPTK telah memasang alat pemantau pergerakan lahar hujan di 12 sungai yang berhulu di Merapi. Namun, peralatan pemantau yang menjadi bagian dari sistem peringatan dini itu, hanya sebagian kecil dari upaya penyelamatan yang bisa dilakukan.

"Masyarakat harus terus waspada, terutama warga yang tinggal di daerah hilir, karena tebing sungai di hilir biasanya sudah rendah," katanya.

Jarak aman sekitar 300 meter dari bibir sungai, menurut dia perlu ditaati, bahkan jika perlu harus disesuaikan dengan kondisi di masing-masing wilayah.

"Membangun tanggul di kanan dan kiri bibir sungai bisa menjadi upaya jangka panjang, namun untuk keadaan darurat seperti sekarang, yang perlu dilakukan adalah memperhatikan jarak aman," katanya.

Jangkauan terjauh material kasar hasil erupsi Merapi yang hanyut sebagai lahar hujan terjadi di Kali Putih dan Kali Pabelan di wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah), dengan jangkauan material halus di kedua sungai itu telah mencapai jarak 40-50 kilometer.

Sedangkan di Kali Gendol di wilayah Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), jangkauan material kasar mencapai daerah pertemuan antara Kali Gendol dengan Kali Opak, dengan material halus mencapai sekitar Candi Prambanan.

Oleh karena itu, BPPTK Yogyakarta masih menetapkan status "waspada" pada gunung setinggi 2.965 meter ini, dan tetap merekomendasikan kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di badan sungai, serta tidak melakukan pendakian.


Pemulihan Sampai 2014

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dalam program pemulihan pascabencana Gunung Merapi akan dilaksanakan sampai 2013. "Pelaksanaannya dimulai Januari 2011 hingga 2013, dan maksimal sampai 2014," kata Bupati Sleman Sri Purnomo.

Ia mengatakan pemerintah kabupaten telah memulai upaya pemulihan melalui rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Merapi, dan ini memerlukan dukungan semua pihak, karena tidak mungkin dilakukan sendiri, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada.

Menurut dia, bantuan fasilitas kesehatan juga sangat diperlukan untuk memantapkan dan mempertahankan pelayanan kesehatan.

"Bencana erupsi Merapi telah merusak sekitar 10 gedung puskesmas pembantu dan lima puskesmas di wilayah Kecamatan Pakem, Turi, Ngemplak, dan Cangkringan," katanya.

Ia mengatakan berbagai bantuan yang diterima Pemkab Sleman tentu akan semakin memotivasi masyarakat untuk menata kembali kehidupannya.

"Selain itu, bantuan tersebut juga memudahkan kami dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana erupsi Merapi," katanya.

Sedangkan untuk Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menurut bupatinya, Seno Samodro, rencana pembangunan untuk pemulihan daerah bencana pascaerupsi Gunung Merapi, sampai sekarang belum ada kejelasan, dan kemungkinan bakal mundur dari jadwal.

"Tahap pembangunan pemulihan daerah bencana pascaerupsi Merapi direncanakan dikerjakan pada April 2011. Namun, anggaran untuk rehabilitasi dan rekonstruksi hingga kini belum ada," kata bupati.

Menurut dia, pihaknya sudah menanyakan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait dengan pembangunan infrastruktur daerah bencana. Namun, BNPB justru mengatakan dana tersebut dikembalikan ke departemen teknis, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

Ia mengatakan pihaknya saat mengkonfirmasi ke Kementerian PU, katanya belum ada dana yang masuk untuk pengerjaan infrastruktur, sehingga tidak dapat dilakukan dengan APBN Murni 2011.

Oleh karena itu, kata dia, secara logika dana untuk pengerjaan infrastruktur paling cepat harus menunggu APBN Perubahan pada September 2011.

Bupati menyayangkan BNPB yang selama ini selalu menjanjikan bahwa pemerintah akan mengucurkan bantuan guna menanggulangi bencana Merapi, termasuk di wilayah Kabupaten Boyolali.

Namun, menurut Seno, kenyataannya sampai sekarang belum ada informasi mengenai kejelasan dana yang masuk, sehingga penanganan pemulihan infrastruktur di daerah bencana dipastikan mundur dari rencana.

Ia mengatakan dengan kondisi tersebut, membuat posisi dilematis bagi pemerintah daerah, karena pihaknya sebagai ujung tombak, harus berhadapan langsung dengan masyarakat. "Kami khawatir dianggap oleh masyarakat pembohong, karena bantuan yang dijanjikan mundur dari rencana. Padahal dana itu memang belum turun dari pusat," katanya.

Bupati menjelaskan, pemkab mengajukan dana untuk rehabilitasi daerah bencana yang terdampak erupsi Merapi di Boyolali senilai Rp127 miliar, meski kerugiannya mencapai sekitar Rp300 miliar.

"Salah satunya pembangunan infrastruktur seperti 18 jembatan di tiga kecamatan, yakni Selo, Musuk, dan Cepogo yang terputus akibat banjir lahar dingin," katanya.

Namun, kata Seno, anehnya justru alokasi dana untuk pemulihan bidang pendidikan melalui Kementerian Pendidikan Nasional lancar.


Rehabilitasi Sumber Daya Air

Rehabilitasi sumber daya air di kawasan Merapi di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang rusak akibat bencana erupsi dan banjir lahar dingin diperkirakan memerlukan dana Rp24 miliar.

"Bencana erupsi Merapi yang diikuti bencana sekunder berupa banjir lahar dingin mengakibatkan kerusakan prasarana sumber daya air berupa talud, bendung, dan jaringan irigasi, yang seluruhnya sebanyak 82 unit, dengan luas areal oncoran 8.145,48 hektare," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral Kabupaten Sleman Widi Sutikno.

Menurut dia, sementara ini diperkirakan biaya untuk perbaikan kerusakan tersebut mencapai sekitar Rp24 miliar, termasuk untuk perbaikan kerusakan mata air dan pipa jaringan distribusinya di sumber air "Umbul Wadon", "Umbull Bebeng", dan lainnya.

"Biaya untuk pemulihan sendiri diperkirakan mencapai lebih dari Rp19,5 miliar, ini belum termasuk kerusakan pascabanjir lahar dingin besar dalam sepekan terakhir," katanya.

Ia mengatakan saat ini memang belum dapat dilakukan perbaikan karena banjir lahar dingin masih terus terjadi.

"Biaya yang cukup besar juga diperlukan terutama untuk pengkajian penyusunan desain konstruksi yang lebih aman," katanya.

Widi mengatakan kerusakan sumber daya air meliputi aliran pada bendungan maupun jembatan yang tersumbat material vulkanik berupa batu besar, kerikil, pasir, lumpur, batang pohon yang hanyut dan rumpun bambu, serta intake irigasi yang tertimbun material dengan ketebalan sekitar tiga meter lebih.

"Kerusakan terjadi pada konstruksi dam, bendung serta jembatan, dari klasifikasi sedang sampai runtuh total, dan saluran irigasi juga banyak yang putus serta ambrol, begitu pula sawah dan sumber mata air yang tertimbun material vulkanik," katanya.

Ia mengatakan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam upaya pemulihan di antaranya prasarana sumber daya air yang belum dapat berfungsi, sehingga berpotensi terganggunya aktivitas ekonomi berbasis air.

"Pemulihan sumber daya air itu sendiri baru bisa dilakukan setelah musim hujan berakhir, karena saat ini masih rawan terjadi banjir lahar dingin," katanya.

Penanganan yang akan dilakukan, kata dia di antaranya dengan membersihkan jembatan dari sumbatan material, mengembalikan aliran sungai yang berbelok dan berpindah, serta membuat tanggul dan sarana maupun prasarana darurat.


Sumur Tercemar

Widi Sutikno juga mengatakan sejumlah sumur warga di kawasan Gunung Merapi di Dusun Morangan, Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DIY, tercemar zat besi dari material vulkanik yang terbawa aliran Sungai Gendol.

"Semula ditengarai air sumur-sumur warga tersebut tercemar belerang, namun setelah kami lakukan penelitian bersama dengan Dinas Kesehatan, ternyata tercemar zat besi atau (Fe)," katanya.

Menurut dia, karena positif tercemar Fe, maka pihaknya dalam waktu dekat ini akan mencoba untuk melakukan pengurasan sumur-sumur tersebut untuk mengurangi kadar pencemaran air sumur milik warga.

"Kami akan meminjamkan pompa air untuk menguras sumur-sumur yang tercemar tersebut, sehingga air sumur dapat berganti dengan yang baru dan kadar pencemaran dapat berkurang. Mudah-mudahan setelah dikuras, air sumur warga tersebut kembali layak dikonsumsi," katanya.

Ia mengatakan pascabanjir lahar dingin besar pada 19 Maret dan 22 Maret 2011, kerusakan infrastruktur terutama tanggul sungai dan sarana irigasi semakin parah.

"Sebenarnya kerusakan ini terjadi sudah sejak awal banjir lahar dingin pada beberapa bulan lalu, namun dengan dua kejadian banjir lahar dingin besar yang terakhir, kerusakan menjadi semakin parah, seperti jembatan Kliwang yang tergerus pondasinya, maupun kerusakan di permukiman warga," katanya.

Widi mengatakan untuk perbaikan infrastruktur tersebut masih menunggu musim hujan berakhir sekitar pertengahan April 2011, sehingga terhindar dari kemungkinan diterjang banjir lahar dingin lagi.

"Namun, kami tidak dapat memastikan apakah pertengahan April nanti musim hujan benar-benar berakhir, karena tidak menutup kemunungkinan masih akan turun hujan di kawasan Merapi, sehingga terjadi banjir lahar dingin besar seperti kemarin," katanya.

Ia mengatakan saat ini yang menjadi prioritas adalah mengenai keselamatan warga yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

"Prioritas kami saat ini adalah keselamatan warga, yakni dengan membuat tanggul-tanggul pengamanan di aliran Sungai Opak maupun Gendol, serta mengarahkan aliran sungai agar tetap di jalurnya, dengan membuat `guide chanel` agar air tidak meluap ke permukiman warga," katanya.

Sedangkan bagi korban banjir lahar dingin yang rumahnya rusak parah dan tidak bisa dihuni lagi, kata dia diupayakan untuk mendapatkan "shelter" atau hunian sementara.

"Untuk rumah-rumah yang rusak ringan dan masih bisa dihuni, kami bantu untuk membersihkan dan memperbaikinya dengan dana gotong-royong atau dana sosial lainnya," katanya. (M008*E013/K004)

Selasa, 29 Maret 2011

Warga Sekitar Semeru Diminta Waspada

Surabaya (ANTARA News) - Warga di sekitar Gunung Semeru di Jawa Timur diminta meningkatkan kewaspadaannya seiring dengan adanya pertumbuhan kubah lava di kawah Jonggring Seloko.

"Masyarakat di sekitar Semeru dan para pendaki kami minta untuk meningkatkan kewaspadaannya," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim, Dewi J Putriatni, di Surabaya, Senin.

Menurut dia, pertumbuhan kubah lava itu sangat berpotensi memunculkan semburan material pijar, bila terjadi letusan yang agak besar.

Hingga saat ini Gunung Semeru berstatus Waspada (level II). Aktivitas kegempaan selama Februari 2011 tercatat telah terjadi 2.300 kali gempa embusan, 45 kali guguran lava, enam kali gempa vulkanik, dan satu kali gempa vulkanik dangkal.

Lima kali gempa tektonik lokal, 45 kali gempa tektonik jauh, dan 244 kali gempa tremor harmonik.

Sementara itu, hasil dari pengamatan visual, telah terjadi letusan asap sebanyak 19 kali dengan warna asap putih tipis, tekanan gas lemah hingga kuat, dan tinggi asap mencapai 100-500 meter yang mengarah ke barat dan utara.

Suara letusan tidak terdengar di pos pengamatan, demikian halnya bara api juga tidak terlihat pada malam hari.

Semburan dan guguran lava pijar tidak teramati, selain itu awan panas guguran dan tektonik juga tidak terjadi.

Beberapa gunung api di Jatim, seperti Lamongan, Arjuno, Welirang, Kelud, Ijen, dan Raung sampai saat ini masih berstatus Aktif Normal (level I), kecuali Gunung Bromo yang masih Siaga (level III).

Di Gunung Kelud tercatat tujuh kali gempa vulkanik dangkal, dua kali gempa vulkanik dalam, 130 kali gempa tektonik jauh, dan empat kali gempa tektonik lokal.

Gunung Lamongan terjadi gempa tektonik jauh sebanyak 15 kali dan vulkanik tipe A sebanyak 12 kali.

Secara visual tidak ada aktivitas yang mencolok di Gunung Lamongan, asap kawah putih tipis dengan tekanan lemah dan tinggi asap mencapai 10-20 meter dari puncak kawah.

Gunung Arjuno tercatat 16 kali terjadi gempa tektonik jauh, empat kali gempa tektonik lolal, sekali gempa vulkanik tipe B, dan 14 kali gempa embusan.

Untuk Gunung Ijen dan Gunung Raung, Dinas ESDM Jatim belum mendapatkan laporan data aktivitasnya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

(M038/S026)

Minggu, 27 Maret 2011

Gunung Raksasa Bawah Laut Sulawesi

Sebelumnya, gunung api raksasa berdiameter 50 km dengan ketinggian 4.600 meter ditemukan.
VIVAnews - Sebuah gunung berapi raksasa di dasar laut di Sangihe, Sulawesi Utara dipetakan oleh ekspedisi gabungan ahli dari Amerika Serikat dan Indonesia.

Gunung ini diperkirakan memiliki ketinggian 10 ribu kaki atau lebih dari 3.000 meter.

Para peneliti menggunakan sistem sonar dan peralatan robotik, remotely operated vehicle (ROV) yang dilengkapi kamera beresolusi tinggi -- untuk mengeksplorasi dasar laut Sulawesi.

"Ini gunung api yang besar, lebih tinggi dari gunung lain di Indonesia, kecuali tiga atau empat lainnya," kata Jim Holden, kepal peneliti Amerika Serikat, seperti dimuat laman Guardian.

Para ilmuwan berharap peta dan video yang dihasilkan akan jadi batu pijakan bagi peneliti lain untuk melanjutkan temuan yang masih awal ini

Penemuan gunung bawah laut di perairan Indonesia ini bukan kali pertamanya.

Mei 2009 lalu, gunung api raksasa berdiameter 50 kilometer dengan ketinggian 4.600 meter ditemukan di kawasan perairan barat Sumatera.

Belum dipastikan apakah gunung ini aktif. Namun jika benar, "Ini bisa sangat berbahaya," kata ahli geologi kelautan BPPT, Yusuf Surachman Djajadihardja, seperti dimuat laman Ninemsn.com.au. Puncak gunung ini berada di 1.380 meter di bawah laut. (umi)

Kamis, 24 Maret 2011

BMKG: Sumut Alami Awal Puncak Curah Hujan

Medan (ANTARA News) - Balai Besar Meteorologi Klimatalogi dan Geofisika Wilayah I Medan memperkirakan, Sumatera Utara sedang mengalami awal puncak curah hujan pertama yang puncaknya akan terjadi bulan Mei.

Staf Pelayanan Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatalogi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Rika Karyani di Medan, Kamis, mengatakan, proses itu terjadi karena Sumut sedang mengalami pancaroba di musim kemarau.

"Jadi, walau musim kemarau, curah hujannya tetap ada," katanya.

Rika mengatakan, curah hujan itu berpeluang terjadi pada sore hingga malam hari karena adanya "Eddy Sirkulasi" atau pergerakan angin dengan kemampuan merusak di wilayah pantai barat Sumut.

Keberadaan Eddy Sirkulasi itu menyebabkan menumpuknya awan konvektif atau awan pembawa hujan di daerah pantai timur Sumut.

BBMKG Wilayah I Medan memperkirakan peluang hujan pada sore hingga malam hari itu akan terjadi untuk beberapa hari ke depan.

"Kemungkinan, dalam satu minggu ke depan masih berpeluang terjadi," katanya. (ANT/K004)

Senin, 21 Maret 2011

Dini Hari Tadi Bali Diguncang Gempa 4,8 SR

DENPASAR - Gempa berkekuatan 4,8 skala richter mengguncang wilayah utara Bali tepatnya di Barat Udara Kabupaten Singaraja, dini hari tadi.

Belum ada laporan kerusakan akibat gempa yang terjadi sekira pukul 00.29.23 Wita, namun getaran akibat gempa dirasakan di hampir semua wilayah di Bali termasuk hingga Denpasar.

"Pusat gempa tektonik berkekuatan 4,8 SR berjarak 23 kilometer barat daya Singaraja dengan kedalaman 11 kilometer," ujar staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Bali-Nusra Agus Riyanto kepada okezone, Senin (21/3/2011) dini hari.

Sedangkan pusaran gempa berdasar amatan BMKG, berlokasi di 8,34 Lintang Selatan (LS) dan 115.05 Bujur Timur (BT). Gempa yang berlangsung sekali selama beberapa detik itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Sejauh ini belum dari laporan masyarakat adanya kerusakan akibat gempa, namun besaran gempa diraskaan tidak hanya oleh warga di Kabupaten Buleleng, namun sampai juga di Denpasar. "Di Buleleng getaran gempa 3 Modified Mercalli Intencity (MMI) sedangkan di Denpasar 2 MMI," ujar dia.

Seorang warga di Kabupaten Badung, Bali mengaku terbangun dari tidur karena merasakan adanya getaran gempa. "Tadi saya kaget sekali langsung bangun begitu merasakan ada gempa, " ujar Imron warga di Sading, Kecamatan Mengwi, Badung.

"Kami langsung terbangun dan keluar rumah, warga di sini juga merasakan adanya gempa," kata Husaen seorang warga di Kabupaten Karangasem Bali dihubungi terpisah.

Selasa, 15 Maret 2011

Betapa Besar Derita Jepang

Jakarta (ANTARA News)- Sebuah ledakan hidrogen mengguncang pembangkit listrik tenaga nuklir di salah satu wilayah yang baru saja dilanda gempa bumi di Jepang.

Otoritas terkait terus bekerja keras mencegah kehancuran akibat kebocoran nuklir, sementara media setempat melaporkan sebuah gelombang tsunami baru sedang menuju pesisir yang Jumat kemarin baru dihantam gelombang setinggi sepuluh meter itu.

Badan nuklir Jepang memastikan telah terjadi ledakan pada reaktor nomor 3 PLTN Daiichi di Fukushima dan beberapa gambar televisi menunjukkan kepulan asap membuncah dari fasilitas nuklir yang hanya 240 kilometer dari Tokyo.

Para pejabat setempat mengatakan mereka belum bisa memastikan apakah ledakan itu bisa menyebabkan kebocoran radio aktif atau tidak.

Operator PLTN sebelumnya telah membatalkan proses injeksi air laut ke dalam reaktor karena bisa meninggikan tingkat radiasi dan tekanan pada sumber energi utama di Jepang itu.

Sebelumnya pemerintah Jepang telah mengingatkan bahwa sebuah ledakan mungkin terjadi karena penumpukan hidrogen dalam bangunan reaktor nuklir.

Jepang telah berjuang sepanjang akhir pekan silam untuk mencegah bencana nuklir sembari berusaha menyediakan sumber energi dan air bagi jutaan orang yang kini mengalami krisis yang digambarkan sebagai paling buruk sejak Perang Dunia II.

Bangsa yang sedang terluka itu menyaksikan desa-desa dan kota tersapu bersih oleh gelombang tsunami, sementara 10.000 orang diperkirakan tewas akibat bencana itu.

Kantor berita Jepang Kyodo, mengutip para pejabat, mewartawakan bahwa sebuah gelombang tsunami baru setinggi tiga meter sedang menuju tempat itu dan mengeluarkan peringatan bagi seluruh pesisir Pasifik, termasuk Perfektur Fukushima.

Perdana Menteri Naoto Kan mengatakan situasi yang terjadi di PLTN Fukushima yang kini lumpuh itu masih memprihantinkan di mana para petugas terkait sedang berjuang semampu mereka untuk mencegah meluasnya kerusakan.

"Gempa bumi, tsunami, dan kecelakaan nuklir merupakan krisis terdasyat yang pernah menimpa Jepang dalam 65 tahun terakhir sejak berakhirnya Perang Dunia II," kata Kan seperti dikutip Reuters.

"Kita kini sedang diuji, apakah kita orang-orang Jepang, bisa mengatasi krisis ini," tegasnya dengan wajah sembab.

Otoritas Jepang, Minggu (13/3), memastikan bahwa tiga reaktor nuklir di utara Tokyo berisiko terus memanas sehingga membangkitkan ketakutan akan terjadinya kebocoran radiasi nuklir yang tidak terkendali.

Sementara itu para pekerja berusaha mati-matian mendinginkan tabung bahan bakar pada reaktor yang kini rusak.

Jika mereka gagal, kontainer yang mengandung inti nuklir bisa meleleh atau bahkan meledak, lalu melepaskan material radioaktif ke udara.

Negara dengan tingkat ekonomi tertinggi ketiga di dunia itu juga sedang mengalami krisis listrik dan sarana angkutan di Tokyo terkena imbasnya karena sistem kereta api kota mengalami gangguan setelah perusahaan mengurangi jumlah kereta api yang beroperasi.

10.000 Nyawa

Saluran tv pemerintah, NHK, mengutip seorang pejabat kepolisian Jepang mengatakan, lebih dari 10.000 orang diperkirakan meninggal akibat gelombang tsunami yang dipicu gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter itu.

Kota-kota di negara rawan gempa itu pun kini tinggal reruntuhan.

"Saya ingin percaya bahwa masih banyak yang selamat," kata Masaru Kudo, seorang tentara yang ditugaskan ke Rikuzentakata, sebuah kota di perfektur Iwate yang sebelumnya ditinggali oleh 24.500 orang namun kini hampir rata dengan tanah .

Kyodo melaporkan, 80.000 orang telah dievakuasi dari radius 20 kilometer di sekitar PLTN itu sehingga menambah jumlah 450.000 orang yang sebelumnya telah dievakuasi akibat gempa dan gelombang tsunami.

Hampir dua juta rumah tangga kini hidup tanpa sumber energi di tengah musim dingin yang membalut Jepang, sedangkan 1,4 juta orang hidup tanpa layanan air bersih.

"Saya sedang mencari orangtua dan kakak saya," kata Yuko Abe (54) sembari terisak di sebuah pusat kesehatan di Rikuzentataka.

Abe melanjutkan, "Melihat kawasan ini, saya kira mereka tidak selamat. Saya juga tidak bisa mengabarkan kepada saudara-saudara saya yang tinggal jauh dari sini bahwa saya selamat, karena layanan telepon selular dan telepon tidak bekerja."

Krisis Nuklir

Krisis yang paling serius kini berpusat pada kompleks nuklir Fukushima Daiichi, tempat para petugas mengaku terpaksa membocorkan tekanan radioaktif ke udara untuk mengurangi tekanan reaktor.

Kompleks itu sebelumnya telah diguncang ledakan pertama, Sabtu (12/3), yang menghancurkan atap gedung reaktor.

Pemerintah kemudian mengatakan ledakan berikutnya tidak akan merusakkan pembuluh reaktor.

Operator listrik terkemuka Jepang, Tokyo Electric Power Co, Senin, melaporkan naiknya tingkat radiasi, kepada pemerintah.

Sehari sebelumnya radiasi dilaporkan sedikit meningkat mencapai level yang bisa disamakan dengan paparan sinar X yang digunakan untuk memindai perut manusia.

Sebelum itu otoritas terkait telah menggunakan air laut untuk mendinginkan dua reaktor di kompleks itu.

Para pakar nuklir mengatakan itu adalah kali pertama dalam 57 tahun sejarah industri nuklir, di mana air laut digunakan untuk mendinginkan reaktor, sekaligus mengisyaratkan betapa tipisnya jarak Jepang dari kehancuran dasyat.

"Injeksi air laut ke dalam inti nuklir adalah langkah ekstrim, itu tidak ada dalam buku," kata Mark Hibbs dari Carnegie Endowment for International Peace.

Sekretaris Kabinet Yukio Edano mengatakan mungkin telah terjadi kerusakan parsial pada reaktor nomor 1, tempat ledakan Sabtu terjadi.

Selain itu ledakan juga berisiko terjadi pada gedung tempat reaktor nomor 3 berada, meskipun tidak akan merusakkan kontainer reaktor.

Sementara itu seorang pejabat Jepang mengatakan 22 orang telah dipastikan terkena radiasi dan 190 orang telah terpapar radiasi.

Para petugas menggunakan pakaian khusus menggunakan pemindai tangan gun memeriksa semua orang yang tiba di pusat evakuasi.

Bukan Chernobyl

Kecelakaan nuklir yang dinilai sebagai yang terburuk setelah Chernobyl pada 1986 di Ukraina yang saat itu masih menjadi wilayah Uni Soviet, memancing kritik bahwa pemerintah tidak sigap mengantisipasi kerusakan akibat gempa besar dan ancaman yang bisa mengganggu industri energi dalam negeri.

Perdana Menteri Kan, Minggu, berusaha menghilangkan ketakutan terkait kebocoran nuklir itu.

"Radiasi telah terjadi tetapi belum ada laporan bahwa banyak zat radioaktif yang bocor ke udara," katanya

Sementara itu kantor berita Jiji mengutip Kan mewartakan, "Ini sama sekali berbeda dengan bencana Chernobyl."

Kan juga mengatakan persediaan makanan, air, dan kebutuhan lain seperti selimut telah dikirim menggunakan berbagai kendaraan, tetapi karena akses jalan masih rusak maka pemerintah menggunakan angkutan udara dan air.

Ribuan orang melewati malam-malam musim dingin dalam selimut di sekitar tungku pemanas di pusat penampungan di sepanjang pesisir timur laut negara itu.

Dampak Ekonomi

Di sisi lain, gempa bumi itu telah memaksa banyak perusahaan menghentikan kegiatan produksi, sementara harga saham sejumlah perusahaan besar Jepang anjlok, termasuk Toyota yang jatuh hingga tujuh persen.

Saham-saham perusahaan tambang uranium yang terdaftar di bursa Australia juga jatuh.

Pemerintah Jepang yang tengah dibebani utang senilai 5 triliun dollar dan terancam turunnya kredit kini sedang berdiskusi untuk menaikkan pajak untuk sementara, agar bisa membiayai bantuan kemanusiaan.

Para analist berharap ekonomi hanya akan terganggu selama jangka pendek dan kembali bangkit karena dorongan kegiatan rekonstruksi.

"Ketika kita berbicara tentang bencana alam, awalnya kita akan melihat jatuhnya produksi...kemudian Anda akan melihat pantulan yang berbentuk (grafik) V. Tetapi pada awalnya orang-orang akan meremehkan kerusakan itu," ujar Michala Marcussen, kepala lembaga ekonomi Societe Generale.

Sebuah lembaga rating, Moddy's, mengatakan bahwa dampak fiskal dari bencana alam itu hanya sementara dan hanya berperan kecil dalam memperparah utang luar negeri Jepang.

AIR Worldwide, sebuah perusahaan analisis model risiko, juga mengatakan kerugian yang diansurasikan bisa mencapai 35 miliar dollar.

Bank of Japan juga mengatakan akan menyuntik dana segar ke sistem perbankan untuk menghindari bencana dari pasar yang limbung.

Bank sentral Jepang itu juga diharapkan memberikan kepastian akan kesiapannya dalam menerapkan kebijakan moneter menghadapi pemulihan ekonomi yang masih rentan.

Menteri Keuangan Yoshihiko Noda mengatakan mereka terus mengamati Yen dengan saksama setelah mata uang itu bergerak sesuai harapan karena mengalami repatriasi akibat asuransi dan faktor lainnya.

Gempa bumi baru-baru ini di Jepang merupakan yang kelima terbesar di dunia dalam satu abad terakhir.

Gempa itu melampui bencana serupa yang melanda Great Kanto, 1 September 1923 yang berkekuatan 7,9 skala Richter dan menewaskan 140.000 di wilayah Tokyo.

Gempa tahun 1995 di wilayah Kobe, Jepang, juga membubuh 6000 orang, menyebabkan kerugian senilai 100 miliar dollar.

Itu tercatat sebagai bencana alam yang paling mahal dalam sejarah, sementara kerugian ekonomi akibat gempa dan tsunami Aceh pada 2004 silam hanya mencapai 10 miliar dollar. (*)

Reuters/Liberty Jemadu

Senin, 14 Maret 2011

Gempa Jepang Pengaruhi Pasokan Barang Elektronik


Susetyo Dwi Prihadi - Okezone
TOKYO - Serangkaian pemadaman listrik yang direncanakan akan mulai bergulir melalui sebagian besar wilayah di bagian timur Jepang, dipastikan akan menganggu sejumlah produksi barang eletronik ke sejumlah negara.

Pemadam ini sengaja dilakukan, menyusul rusaknya dua reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, karena diterjang Tsunami. Akibatnya, Tokyo Electric Power telah kehilangan sekitar 27 persen dari kapasitas generasi listrik dan akan kekurangan kebutuhan sekitar 10 juta kilowatt.

Pemadaman akan mempengaruhi daerah-daerah terpencil di Tokyo dan daerah sekitarnya, tetapi tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pusat Tokyo.

Beberapa perusahaan elektronik yang memiliki pabrik di wilayah tersebut dan mereka sudah offline sejak Jumat silam. Demikian yang dilansir PC World, Senin (14/3/2011).

Toshiba yang membuat mikroprosesor dan sensor gambar di wilayah tersebut dan pabriknya telah tanpa daya mulai akhir pekan, yang menurut juru bicara Toshiba Keisuke Ohmori, akan mempengaruhi produksi.

"Kita tidak tahu kapan kita bisa melanjutkan produksi," katanya.

Sony mengoperasikan beberapa pabrik belum mengeluarkan informasi kapan mereka bisa memulai kembali produksi.

Beberapa perusahaan telah mengumumkan rencana untuk menghentikan sementara produksi di beberapa pabrik dalam negeri. Mereka termasuk Toshiba, Panasonic dan Sharp. Pabrik-pabrik ini kebanyakan dipengaruhi oleh gempa atau tidak mendapatkan komponen karena gangguan ke rantai pasokan mereka.

"Ini adalah krisis terburuk dalam sejarah 65 tahun sesudah perang Jepang," kata Perdana Menteri Naoto Kan dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan televisi.

"Saya yakin bahwa kita akan mampu mengatasi krisis," tandasnya.

Rabu, 09 Maret 2011

Bromo Terus Bergemuruh


Asap kelabu tebal membumbung dengan ketinggian 400 hingga 800 meter dari bibir kawah.
VIVAnews - Aktivitas Gunung Bromo Jawa Timur terus mengalami peningkatan, hingga malam. Suara bergemuruh dan denduman berkali-kali terdengar. Bahkan diprediksi erupsi 'Gunung Brahma' kali ini akan lebih besar ketimbang sebelumnya.

Staf Ahli Presiden Bidang Bencana Alam, Andi Arief, menegaskan status Gunung Bromo masih siaga. "Erupsi terjadi terus menerus, kawah Bromo terus mengeluarkan asap berwarna kelabu tebal dengan kekuatan tergolong kuat dengan ketinggian 400 hingga 800 meter dari bibir kawah ke arah Timur," katanya, Selasa, 8 Maret 2011.

Sementara lava pijar Bromo jatuh di sekitar kawah dengan radius 500 meter, dengan ketinggian sekitar 300 meter dari bibir kawah. "Masih sering terjadi erupsi yang diikuti suara dentuman dan gemuruh," ujarnya.

Andi mengingatkan masyarakat tidak mendekat ke kawah Bromo dalam radius dua kilometer. Ia meminta penduduk memakai masker dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu yang beredar. Jika ragu, masyarakat bisa langsung menghubungi pos pengamatan terdekat. "Tidak ada apa-apa asal tidak mendekat," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengatakan letusan Bromo kali ini lebih besar dibandingkan letusan sebelumnya. "Belum pernah Bromo meletus sebesar dan selama ini."

Selasa, 08 Maret 2011

Potensi Bencana di Gunung Tambora & Krakatau?

Pada 1815 Tambora meletus dahsyat, dampaknya sampai ke Eropa. Mungkinkah meletus lagi?
VIVAnews - Tiga gunung berapi di Indonesia, Tambora, Pusuk Buhit di Toba, dan Krakatau berada dalam pantauan ketat. Sejarah mencatat, ketiga gunung tersebut pernah meletus dahsyat. Dampaknya tak hanya dirasakan di wilayah Indonesia, tapi juga seluruh dunia.

"Pantauan terhadap gunung dilakukan secara rutin, hanya saat ini lebih intens," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 8 Maret 2011.

Ada alasan khusus mengapa ketiga gunung itu terus dipantau. "Tambora pernah meletus hebat pada 1815 dan dirasakan sampai Eropa. Tahun itu, tak ada musim panas, sehingga terjadi kelaparan hebat di Eropa. Kami belajar dari situ," tambah Surono.

Dia menjelaskan, jika terjadi letusan dahsyat seperti itu, baik di Tambora maupun gunung-gunung lain, sudah dapat diantisipasi. Apakah mungkin Tambora meletus lagi? "Segala sesuatu mungkin terjadi, apalagi pernah terjadi yang seperti itu," tuturnya.

Surono menambahkan, peristiwa letusan Gunung Merapi pada 2010 sama seperti yang terjadi pada 1822. "Potensi pengulangan ada, yang tak bisa ditentukan, kapan itu terjadi," kata Surono.

Selain Tambora, Krakatau juga pernah meletus hebat. Pada Senin, 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20, Gunung Krakatau meletus. Kekuatannya 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Menurut Surono, pemantauan terhadap Anak Krakatau --yang muncul paska letusan Krakatau-- juga memiliki arti penting terkait kepentingan dua provinsi. "Apalagi mau dibangun Jembatan Selat Sunda," ujar dia.

Sementara itu, pemantauan Gunung Pusuh Buhit di Toba juga dilakukan secara periodik. Pusuk Buhit yang pernah mengalami letusan dahsyat 70.000 tahun lalu tidak meninggalkan catatan letusan sejak 1400. Aktivitas Pusuk Buhit saat ini lebih banyak mengeluarkan air panas.

Bagaimana hasil pantauan sejauh ini? "Sampai sekarang ini, kalau Anak Krakatau memang status waspada, sedang meletus. Yang lain dalam kondisi normal," ungkap Surono.

Tak hanya dipantau ahli gunung Indonesia, salah satu gunung, Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis. Sejarah letusannya yang dahsyat. (art)

BMKG: Tinggi Gelombang Selat Sunda 1,5 Meter

Lebak (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprakirakan tinggi gelombang perairan Selat Sunda bagian Utara pada Senin hingga Selasa pagi mencapai 1,5 meter dengan jarak pandang empat sampai tujuh kilometer.

Analisis cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang, Halim Perdana Kusuma, Senin, menyebutkan, selama tiga hari ke depan prakiraan tinggi gelombang perairan Selat Sunda atau Banten bagian Utara berkisar 1,0-1,5 meter dengan tiupan angin rata-rata 12 knot atau 24 kilometer per jam.

Gelombang bergerak dari arah barat dan tiupan angin dari arah barat daya dengan kecepatan antara 3-12 knot.

Cuaca perairan Selat Sunda bagian Utara berawan dan berpeluang hujan ringan dan sedang terjadi sore hingga malam hari.

Selama ini cuaca perairan Banten bagian Utara relatif normal karena tingggi gelombang 1,5 meter dan tiupan angin rata-rata 12 knot.

Dengan begitu, kata dia, pesisir perairan Selat Sunda bagian Utara meliputi Pantai Ciwandan, Karangantu, Pulorida, Ciwandan, Bojonegoro, Merak dan Anyer tidak membahayakan bagi nelayan.

Begitu pula pelayaran Kapal Ro-Ro dan Kapal Cepat melayani penyeberangan Merak-Bakauheni relatif normal.

"Selama ini cuaca periaran Selat Sunda bagian Utara tidak membahayakan bagi pelayaran," ujarnya.

Sementara tinggi perairan Selat Sunda bagian Selatan berkisar 1,0-2,0 meter dengan kecepatan angin rata-rata 14 knot atau 24 kilometer per jam.

Gelombang bergerak dari arah barat dan tiupan angin dari arah barat daya berkisar 3-14 knot.

"Selama ini kondisi cuaca perairan Selat Sunda bagian Selatan memburuk dan membahayakan bagi nelayan tradisional dan pelayaran kapal tongkang," katanya. (MSR/A033/K004)

Jumat, 04 Maret 2011

"Equilibrium Bromo" Potret Indahnya Erupsi Gunung Api


akarta (ANTARA News) - Ketika gunung Merapi meletus dan mendapat sorotan banyak pihak tentu anda banyak menjumpai potret erupsi peristiwa itu, tetapi bagaimanakah halnya dengan potret erupsi Gunung Bromo yang peristiwanya terjadi bersamaan dengan erupsi Merapi? Jawabannya bisa anda temukan dalam pameran foto bertajuk "Equilibrium Bromo".

Galeri foto Jurnalistik Antara (GFJA) bersama FGD sebuah forum menyelenggarakan pameran fotografi berjudul "Equilibrium Bromo" karya fotografer Sigit Pramono pada 25 februari-7 Maret 2011 dalam rangka penggalangan dana untuk amal guna membantu kehidupan masyarakat Tengger yang bermukim di wilayah Gunung Bromo.

"Ini adalah sebagian foto-foto dari Bromo yang berbeda, Karena saya merekam momen erupsi gunung Bromo," kata sang fotografer Sigit Pramono di gedung GFJA kawasan pasar baru, Jakarta, Jumat malam.

Sigit mengungkapkan bahwa spesialisasinya adalah fotografi landskap, di mana pada saat gunung Bromo meletus waktunya bersamaan dengan meletusnya gunung merapi di Yogyakarta , sehingga banyak orang yang lebih mengekspos Merapi yang membuat ia tergerak untuk menangkap dan mengabadikan serta menjadikannya berbeda.

Dikatakannya, pihaknya sempat berkonsultasi dengan kurator pameran Oscar Motullah mengenai karya landskape fotografi Bromo miliknya,ternyata setelah ditelaah hasil foto foto dirinya banyak mengandung unsur fotografi jurnalistik.

"Walaupun Sigit bukan seorang wartawan, ia bisa menangkap momen Bromo yang mengandung karya jurnalistik, ia bisa merekam landskap itu dan menggugah orang untuk peduli." kata Wartawan Senior Tempo Gunawan Muhammad dalam sambutan pembukaan pameran itu.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Direktur utama Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan bahwa pameran fotografi "Equilibrium Bromo" merupakan sesuatu yang mencerahkan dan memajukan kita semua.

"Disinilah energi positif bertemu, kebaikan bertemu dengan kebaikan yang bisa memberikan misi pencerahan dan kemajuan bagi kita semua," katanya.

Foto-foto karya Sigit mengeksplorasi keindahan pemandangan alam di wilayah gunung Bromo, tetapi ada pula gambar gambar hasil rekaman momen erupsi gunung Bromo yang sering terabaikan untuk diabadikan oleh fotografer lainnya, diantaranya terekam dalam karya foto berjudul "The Sky Is Crying","Moondog Volcano", dan "Debris of Fire Gods".

Sigit menambahkan bahwa karya fotonya juga akan di pamerkan di hotel Four Season Jakarta dan hasil perolehan pengumpulan dana dari pameran itu seratus persen akan disumbangkan untuk masyarakat Tengger yang ada di sekitar wilayah gunung Bromo.

Sigit Purnomo yang dilahirkan di Batang, Jawa Tengah pada 14 November 1958, dan memulai karir fotografinya secara otodidak sejak ia masih kanak kanak, Kini, ia telah sukses menggelar beberapa pameran fotografi secara solo di Jakarta dan di kota kota lain selama beberapa tahun.

Dalam pembukaan pameran itu ditampikan pula tayangan rekaman video ketika terjadinya erupsi di Gunung Bromo dan hiburan musik bertajuk "Blues 4 Freedom" oleh Mercy Dumais & Zarro plus Friends.(*)
(yud/R009/brt)

Masyarakat Bromo Diminta Waspadai Tanah Longsor


Surabaya (ANTARA News) - Masyarakat di sekitar Gunung Bromo diminta mewaspadai terjadinya tanah longsor sebagai dampak dari bertumbangannya pepohonan akibat terbebani material vulkanik selama aktivitas gunung api berketinggian 2.392 meter dari permukaan laut itu meningkat sejak November 2010.

"Masyarakat diharapkan waspada terhadap pohon tumbang karena beban abu dapat memicu terjadinya tanah longsor," kata Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur, Dewi J Putriatni, di Surabaya, Rabu.

Mengingat hujan abu yang masih berlangsung, dia juga menyarankan masyarakat menyiapkan masker penutup hidung dan pelindung mata.

"Untuk atap rumah yang terkena dampak hujan abu segera dibersihkan saja agar jangan sampai roboh," kata mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim itu.

Kepada warga yang tinggal di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Jurang Perahu, DAS Jurang Nganten, dan DAS Sukapura diingatkan untuk tetap waspada kemungkinan terjadinya aliran lahar dingin bila terjadi hujan lebat di sekitar Cemorolawang, Ngadisari, dan Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Sampai saat ini Gunung Bromo berstatus Siaga (level III) dan masih terus mengeluarkan abu vulkanik dari dalam kawah. Abu tersebut mengarah ke wilayah timur atau ke Desa Ngadirejo Kecamatan Sukapura, dan Desa Wonokerto, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.

Dewi mengemukakan abu vulkanik tersebut berdampak pada aktivitas masyarakat dalam jangka panjang sekaligus juga mengakibatkan terganggunya kesehatan warga dan lingkungan sekitar.

Sejak November 2010 Bromo mengeluarkan asap solfatara putih tipis hingga tebal dengan tekanan sedang hingga kuat. Ketinggian asap mencapai 300-1.200 meter dari kawah.

Selama erupsi, Bromo mengeluarkan gemuruh dan dentuman disertai lontaran material pijar setinggi 200 meter dan terlempar sejauh 500 meter dari kawah.

Erupsi Bromo mengeluarkan material abu vulkanik mulai jenis "lapili" (abu vulkanik berukuran 2-64 mm) hingga jenis bom vulkanik (ukuran lebih dari 64 mm).

Di dalam kawah juga telah terjadi gempa letusan sebanyak 26 kali dan gempa vulkanik tipe B sebanyak 406 kali.

Oleh sebab itu, sampai saat ini masyarakat dan para wisatawan dilarang mendekat ke kawah dalam radius dua kilometer.(*)

Kamis, 03 Maret 2011

Kapal Perang Ikut Dikerahkan

Liputan6.com, Merak: Untuk mengurai antrean truk yang hendak menyeberang di Pelabuhan Merak, Banten, pemerintah mendatangkan kapal perang KRI Tanjung Kambani 971. Kapal milik TNI Angkatan Laut ini tiba di Pelabuhan Indah Kiat, Cilegon, Banten, Rabu (2/3) petang.

Kapal berkapasitas angkut 30 unit truk tersebut baru beroperasi Kamis (3/3). Diharapkan KRI Tanjung Kambani bisa beroperasi dengan waktu pelayaran dua kali sehari. Sebelumnya, juga sudah dikerahkan empat kapal roro, namun satu di antaranya ditarik dari lintasan karena rusak.

Selain KRI Tanjung Kambani, hari ini, pihak Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan atau ASDP Merak akan menambah dua kapal bantuan lagi, yakni KM Pulotelo serta KM Pelindo Lima.

Total kapal yang beroperasi mencapai 20 unit. Namun, antrean truk di Pelabuhan Merak yang sudah terjadi berhari-hari masih belasan kilometer.(BOG)